Jakarta, Gatra.com – Koordinator Center for Budget Analysis (CBA), Jajang Nurjaman, mengingatkan bahwa pemerintah bukan hanya fokus soal kebijakan modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista), tetapi juga serius meningkatkan evaluasi soal masih relatif cukup tingginya kecelakaan, khususnya pesawat atau helikopter.
Jajang dalam keterangan pada Senin (30/8), mengingatkan hal tersebut karena menurutnya, dalam periode tahun 2015–2021 terdapat 16 kecelakaan Alutsista TNI dengan total ratusan korban prajurit.
Menurutnya, perawatan alutsista, khususnya pesawat atau helikopter harus diperhatikan secara maksimal agar tidak terjadi lagi di masa mendatang. Perawatan secara maksimal itu bukan hanya terhadap alutsista yang tergolong sudah berumur, tetapi juga yang masuk kategori baru.
Pasalnya, lanjut Jajang, alutsista berupa helikopter Mi-17 milik TNI AD yang jatuh di Kendal, Jawa Tengah (Jateng), beberapa waktu lalu tergotong baru. "Hasil investigasi, salah satu faktor kecelakaan adalah aspek manajemen yang buruk serta komponen alat yang tidak layak," ujarnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, manajemen, kontrol, dan pengawasan pemeliharaan alutsista harus ditingkatkan karena jatuhnya helikopter Mi-17 milik TNI AD menunjukkan ada sesuatu yang harus dilakukan perbaikan.
Sementara itu, Humas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Indrianto, kepada wartawan akhir pekan kemarin menyampaikan bahwa hasil investigasi helikopter Mi-17 telah diserahkan kepada TNI AD.
Ia mengungkapkan bahwa hingga saat ini pihaknya tidak melakukan publikasi soal kecelakaan helikoper tersebut. "Keterangan lebih lanjut hubungi Pak Anggo [Plt. Kasubbag Datin dan Humas KNKT]," katanya.
Terkait hal tersebut, Anggo Anurogo, menyampaikan, soal kecelakaan heli tersebut pihaknya hanya diminta bantuan atau hanya tim ahli. Adapun untuk laporan dan hasil investigasinya menjadi ranah dari pihak TNI AD.
Sedangkan Kepala Tim Investigasi Brigjen TNI Sudarji dalam tayangan Youtube TNI AD akhir tahun 2020 menyampaikan bahwa faktor utama penyebab kecelakaan adalah adanya komponen material helikopter yang tidak sesuai dengan standar.
Pada sisi lain, aspek manajemen dari mulai peliharaan, pendidikan penerbang, sampai dengan latihan terbang ini dilaksanakan tidak dengan manajemen yang baik, sehingga berpengaruh pada performa helikopter.