Wonogiri, Gatra.com - Baru-baru ini, mahasiswa KKN UNS Kelompok 122, yang beranggotakan 9 mahasiswa dari berbagai bidang ilmu, menginisiasi diskusi dan pendampingan dengan para perajin batik Wonogiren yang berada di Kelurahan Tirtomoyo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.
Kelompok ini juga mengadakan "Workshop Branding Batik Wonogiren", untuk menumbuhkan semangat para pengusaha dan pekerja batik yang lesu beberapa tahun ini, karena terdampak pandemi Covid-19.
Workshop ini bertujuan melatih pengusaha untuk menguasai sosial media secara maksimal untuk mempublikasikan produk-produk batik sekaligus memasarkan melalui market place. Workshop Branding batik dilaksanakan secara daring pada Jumat (20/08) pukul 09.00 - 11.00 melalui media Zoom, yang diisi oleh Abdurrahman Khudaifi sebagai CEO sekaligus Owner dari White Corner.
Menurut Dosen Pembimbing Lapangan, Khresna Bayu Sangka, Ph.D, penguasaan pemasaran online bagi pelaku UMKM saat ini sangat penting untuk menjangkau konsumen luas, dan menunjukkan eksistensi Batik Wonogiren supaya tidak lekang oleh perubahan zaman.
"Diperlukan pemahaman berkomunikasi yang lugas dan responsif untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat. Terutama mengenai product knowledge yang harus dikuasai oleh pelaku pengrajin Batik Wonogiren," kata Khresna.
Batik sendiri merupakan salah satu usaha yang dikembangkan masyarakat di Wonogiri sebagai sampingan dari pekerjaan utama sebagai petani. Batik dari Wonogiri biasa disebut dengan batik “Wonogiren", batik ini memiliki ciri khas yang membedakan dengan kain batik lain, yakni remukan (retakan).
Remukan ini terjadi secara tidak sengaja saat menciptakan motif batik, namun para konsumen menyebutnya sebagai ciri khas dari batik Wonogiren. Batik Wonogiren terdapat di beberapa daerah di Kabupaten Wonogiri, beberapa antaranya berada di Kelurahan Tirtomoyo, terdapat dua pusat pembuatan batik yakni Batik TSP Wonogiren dan Batik Kartika.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) batik ini sudah cukup terkenal di berbagai daerah di Indonesia.
Sebelum pandemi, para pengusaha batik Wonogiren sering mengikuti pameran batik di seluruh Indonesia. Namun, akibat adanya pandemi Covid-19 pameran batik di seluruh Indonesia sudah tidak diselenggarakan sejak bulan Juli 2020.
Hal ini sangat disayangkan karena berpengaruh pada penjualan dan branding batik Wonogiren. Hal ini terjadi karena salah satu cara yang digunakan pengusaha batik untuk mengenalkan produk-produk batiknya ke masyarakat luar yakni melalui pameran.
Kurangnya penjualan batik ini tidak hanya berpengaruh pada kerugian pengusaha kain batik Wonogiren, namun juga berpengaruh pada pekerja/karyawan yang bekerja sebagai pengrajin batik.
Karenanya, workshop ini diharapkan bisa mendorong pelaku UMKM melakukan pengelolaan akun media sosial yang lebih matang, guna peningkatan pemasaran. "Diantaranya adalah dengan menampilkan foto produk yang menarik dan penggunaan caption yang dapat memperluas jangkauan pemasaran," ungkap Khresna.
Workshop branding batik diikuti oleh beberapa perwakilan dari pusat batik dari Kelurahan Tirtomoyo yakni Batik TSP Wonogiren dan Kartika yang berjumlah enam orang. Workshop membahas tentang fitur yang dapat dimanfaatkan di beberapa media sosial Instagram, Facebook dan Tik-tok serta salah satu market place yakni Shopee.