Tokyo, Gatra.com – Pemerintah Jepang akan memperluas keadaan darurat ke delapan prefektur menyusul lonjakan pesat kasus infeksi Covid-19. Wilayah itu meliputi Hokkaido, Aichi, Hiroshima, dan lima prefektur lain yang membentang di kepulauan Jepang.
Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura mengatakan pembatasan kegiatan masyarakat berlaku mulai 27 Agustus hingga 12 September 2021. Upaya ini dilakukan untuk membendung peningkatan kasus varian Delta yang telah memberi tekanan pada sistem perawatan kesehatan.
“Kasus kritis tiba-tiba melonjak dan sistem medis berada dalam keadaan yang sangat mengerikan,” kata Yasutoshi saat meminta persetujuan dewan penasihat untuk meresmikan rencana tersebut, seperti dilansir Aljazeera, Rabu (25/8).
Sebelumnya, pemerintah sudah menempatkan 13 prefektur di bawah pembatasan darurat yang berlangsung sampai 12 September. Sehingga, penambahan tadi membuat sebanyak 21 dari 47 prefektur memiliki status darurat. Pemerintah juga berencana menambahkan empat prefektur lagi dengan status ‘darurat semu’ yang lebih terbatas.
Pembatasan di Jepang lebih longgar daripada lockdown yang diterapkan di beberapa negara. Pemerintah mengimbau agar restoran tutup lebih awal dan berhenti menyajikan alkohol, dengan imbalan uang subsidi. Kemudian, perusahaan diminta supaya memiliki lebih banyak staf yang bekerja dari rumah.
Pada Selasa (24/8), Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan 21.500 kasus harian baru Covid-19 dan tambahan 42 kematian. Secara nasional, total kasus infeksi corona mencapai 1,34 juta dengan kasus kematian sejumlah 15.700 orang, serta hampir dua ribu lainnya mengalami kasus parah. Sementara itu, tingkat kematian kasus Covid-19 di Jepang sekitar 1,2%, lebih rendah dibandingkan dengan 1,7% di Amerika Serikat dan 2% di Inggris. Namun, sekitar 90% dari kapasitas tempat tidur ICU di Tokyo telah dipenuhi pasien seiring peningkatan kasus-kasus serius.
Keadaan itu memaksa banyak orang untuk menjalani isolasi mandiri di rumah. Mirisnya, beberapa meninggal sebelum memperoleh perawatan. Media NHK melaporkan sekitar 25 ribu pasien pulih di rumah lantaran tak kebagian tempat tidur rumah sakit.