Jakarta, Gatra.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan masalah gizi pada bayi di bawah lima tahun atau balita di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merujuk kepada data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang menunjukkan angka balita stunting sebesar 30,8 persen, balita kurus 10,2 persen dan balita gemuk sebesar 8 persen.
"Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa angka balita stunting sebesar 30,8 persen, balita kurus 10,2 persen dan balita gemuk sebesar 8 persen," ungkapnya, dalam sambutannya sekaligus membuka webinar bertajuk "Hari Puncak Pekan Menyusui Sedunia 2021", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Direktorat Gizi Masyarakat dan Katadata Indonesia pada Rabu, (25/8).
"Gambaran data tersebut menunjukkan masalah gizi pada balita di Indonesia masih cukup tinggi," imbuh Budi.
Sedangkan di tingkat global, terangnya, menurut data Global Nutrition Report tahun 2018 mengenai permasalahan gizi di tingkat global, terdapat 22,2 persen balita stunting, 7,5 persen balita kurus dan 5,6 persen balita gemuk di seluruh dunia.
Budi pun mengatakan kurangnya gizi pada balita diawali dengan penurunan weight faltering atau berat badan. Adapun studi menunjukkan weight faltering umumnya mulai terjadi pada usia 3 sampai 4 bulan, di mana bagi ibu bekerja yang telah kembali bekerja dan tidak dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara optimal.
Menurutnya, menyusui merupakan salah satu investasi terbaik untuk kelangsungan hidup dan meningkatkan kesehatan, perkembangan sosial serta ekonomi individu dan bangsa. Menyusui secara optimal juga dapat mencegah lebih dari 823 ribu kematian anak dan 20 ribu kematian ibu setiap tahun.