Jakarta, Gatra.com – Kelompok milisi Taliban telah mampu mengambil alih tampuk kekuasaan di Afghanistan dari tangan Amerika Serikat pada pekan lalu dengan tingkat kecepatan di luar dugaan para petinggi AS, termasuk Presiden Joe Biden.
Dunia Barat mengkhawatirkan konsekuensinya bagi dunia global, mulai dari potensi adanya serangan teror, kekerasan terhadap warga Afghanistan pro-pemerintah AS, hingga terancamnya hak-hak perempuan dan kebebasan pers di Afghanistan.
Namun, Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Dina Yulianti Sulaeman, mempunyai pandangan lain. Menurutnya, efek yang paling segera akan terlihat adalah soal negara-negara yang akan keteteran dalam menampung jumlah aliran pengungsi yang sangat besar.
“Ini jelas merepotkan negara-negara lain. Indonesia juga sangat mungkin akan mengalami kerepotan karena Indonesia selama ini jadi transit pengungsi Afghanistan. Mereka sebenarnya ingin ke Australia, tetapi karena Australia tidak mau terima, tertahan di Indonesia,” ujar Dina kepada Gatra.com pada Selasa (24/8).
Sementara itu, walau ancaman teror berskala global banyak dikhawatirkan seluruh warga dunia, termasuk oleh warganet Indonesia di media sosial, tampaknya hal tersebut masih jauh panggang daripada api apabila merujuk pada rekam jejak Taliban selama ini.
Banyak yang menyamakan Taliban dengan beberapa kelompok teroris lain, seperti Al-Qaeda. Namun, menurut Dina, walau memiliki dasar ideologi yang sama, keduanya memiliki tujuan organisasi yang berbeda. Taliban hanya fokus bergerak di negaranya sendiri, sementara Al-Qaeda menyerang ke berbagai penjuru dunia.
“PBB tidak memasukkan Taliban dalam daftar organisasi teroris. Mereka berperang melawan pendudukan AS, dan selama masa itu memang mereka diketahui melakukan aksi-aksi kekerasan kepada orang-orang yang bersekutu dengan AS,” ujar Dina.
Belum lagi, Dina menyebut, Indonesia justru telah berkali-kali menerima perwakilan Taliban. Tujuannya adalah untuk memediasi dan memberikan pandangan baru mengenai Islam yang moderat.
Sejak tahun 2011, Indonesia melalui ormas Islam terbesarnya, Nahdlatul Ulama (NU), telah melakukan berbagai pendekatan kepada ulama-ulama dari berbagai faksi di Afghanistan, termasuk Taliban.
“Inilah yang banyak luput dari pandangan publik: Indonesia berkali-kali menerima perwakilan Taliban, dengan tujuan untuk memediasi dan memberikan pandangan baru kepada Taliban mengenai Islam. Kalau Taliban ini resmi masuk list organisasi teroris di PBB, mana mungkin pemerintah Indonesia mengizinkan perwakilan Taliban datang secara resmi ke Indonesia?” ujar Dina.