Home Ekonomi YCP: Perempuan dan Kelompok Rentan Paling Terdampak Covid-19

YCP: Perempuan dan Kelompok Rentan Paling Terdampak Covid-19

Jakarta, Gatra.com – Perempuan menjadi kelompok kaum rentan yang paling mengalami dampak negatif dari pandemi Covid-19. Ini merupakan hasil kajian dari Yayasan CARE Peduli (YCP).

CEO Yayasan CARE Peduli, Bonaria Siahaan, dalam keterangan tertulis pada Selasa (24/8), menyampaikan, secara umum, perempuan bernasib lebih buruk daripada laki-laki karena beban tanggung jawab yang meningkat dan berlipat ketika ada pembatasan mobilitas dan kebijakan tinggal di rumah (stay at home) diberlakukan.

Lebih lanjut Bonaria menyampaikan, hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas beban school from home atau sekolah daring jatuh pada perempuan. Temuan Yayasan CARE Peduli menunjukkan bahwa tanggung jawab tambahan dalam mengawasi studi anak-anak di rumah sangat berat bagi perempuan.

Menurutnya, terlebih lagi terhadap perempuan baik di perdesaan atau perkotaan yang miskin, dikarenakan tingkat pendidikan rendah. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah baru di dalam keluarga, termasuk tindak kekerasan pada perempuan.

"Beban berlipat juga dialami perempuan hamil karena keterbatasan akses pada layanan kesehatan serta berkurangnya kapasitas rawat inap rumah sakit. Secara mental dan emosional, perempuan hamil dari kelompok rentan dan marjinal seringkali dipenuhi kekhawatiran akan keselamatan janin dan dirinya," kata Bonaria.

Dari perspektif gender, populasi perempuan sebanyak 134,27 juta dari total penduduk 271 juta pada 2020. Pekerja perempuan berusia 15-49 tahun di sektor informal menjadi kelompok masyarakat yang paling terpukul di tengah pandemi.

Memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia pada 19 Agustus 2021, YCP mengajak semua pihak untuk mengambil peran penting. Selain melaksanakan protokol kesehatan ketat, masyarakat bisa melawan misinformasi dengan memberikan informasi yang benar dan edukasi kepada orang lain soal pandemi.

Sementara itu, Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia (GNI), Alissa Wahid, mengatakan, kesigapan, kecekatan, dan gotong royong memegang peran kunci dalam memperkuat efektivitas dukungan bagi masyarakat rentan di Indonesia. “Kelompok perempuan rentan di bawah garis kemiskinan patut diberikan perhatian dan bantuan nyata," ujarnya.

Asisten Deputi Kedaruratan dan Manajemen Pasca Bencana, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Nelwan Harahap, menilai, kunci utama penanganan bencana dan operasi tanggap darurat adalah kajian data yang lengkap dan akurat terkait kelompok rentan terdampak, yakni perempuan, anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas.

Plt. Direktur Kesiapsiagaan Kedeputian Pencegahan BNPB, Pangarso Suryotomo, menyatakan, aksi nyata bagi kelompok rentan yang ditunjang dengan keterlibatan dan keahlian dalam mitigasi risiko bencana, akan memperkuat efektivitas dalam mengatasi pandemi berkepanjangan.

Pangarso menekankan, selain kesehatan, kelompok rentan juga mengalami dampak ekonomi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Global Humanitarian Overview 2021 mencatat pandemi Covid-19 memicu resesi global terburuk sejak 1930-an. Bank Dunia memperkirakan 60 juta orang jatuh dalam kemiskinan sejak pandemi.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), pandemi Covid-19 menyebabkan jumlah orang miskin pada Maret 2021 sebanyak 10,14% atau setara 27,54 juta orang. Jumlah orang miskin meningkat 1,12 juta orang jika dibandingkan Maret 2020 sebanyak 15,26 juta orang. Persentase penduduk miskin di perdesaan lebih besar dibanding di perkotaan, yaitu 15,37 juta dibanding 12,18 juta jiwa.

Merespons pandemi Covid-19, YCP telah melakukan berbagai program dengan total penerima manfaat lebih dari 161 ribu orang pada periode Maret 2020 hingga pertengahan 2021. Dari total bantuan kemanusiaan tersebut, lebih dari 50% diberikan kepada kelompok rentan perempuan, yaitu 80.962 orang.

"Kami memiliki jaringan kuat hingga di tingkat akar rumput dalam mengimplementasikan program-program kemanusiaan, terutama bagi kelompok perempuan rentan di seluruh wilayah Indonesia. Program yang kami jalankan mencakup program unggulan yang didukung oleh donatur individu maupun institusi," ungkap Bonaria.

Bentuk bantuan YCP selama pandemi, yakni program WASH yang menyediakan materi komunikasi risiko, fasilitas cuci tangan, masker, sabun tangan, dan pembersih. Di Majene dan Mamuju pascagempa Palu, YCP membangun kamar mandi khusus ramah perempuan, anak, dan penyandang disabilitas yang berlokasi dekat dari tempat penampungan korban gempa.

Ada juga program Menjamin Ketahanan Pangan, yakni bantuan kepada kelompok rentan dalam bentuk voucher makanan dan tunai serta akses ke pertanian dan budidaya ikan air tawar. Kemudian, program Uang untuk Bekerja dan Mata Pencaharian Alternatif. YCP memberikan bantuan kepada masyarakat desa melalui skema cash-for-work yang berfokus pada pembangunan infrastruktur desa di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sedangkan di Sukabumi dan Purwakarta, YCP menyediakan modal, pelatihan, dan uang tunai bagi pekerja garmen perempuan yang di-PHK, untuk membuat pola, memproduksi dan menjual masker ke Dinas Kesehatan Kabupaten setempat dan masyarakat.

Kerja kemanusiaan juga bertambah karena selain pandemi, beragam bencana alam juga terus terjadi akibat krisis perubahan iklim. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, pada Januari-Juli 2021ada 1.638 kejadian bencana yang berdampak pada 5,6 juta orang, sebanyak 499 meninggal dan 69 hilang akibat banjir, kebakaran hutan, longsor, angin puting beliung, maupun gempa. Pada 2020 terjadi 4.650 bencana yang berdampak pada 6,8 juta jiwa yang menghilangkan nyawa 418 orang.

291