Karanganyar, Gatra.com- Kondisi AI, siswi SMPN 1 Karanganyar, Jateng dalam kondisi sehat, begitupun bayi perempuan yang dilahirkannya. Bayi itu berbobot 3 kilogram. Pihak sekolah mengutus guru bina kesiswaan untuk menjenguk AI di RSUD Karanganyar pada Senin (23/8). AI menjalani persalinan secara normal pada Minggu (22/8) pukul 18.30 WIB. Di sana, ayah biologis si bayi menunggui. Ia remaja lulusan SMP dari Polokarto, Sukoharjo yang berasal dari Jumantono Karanganyar.
"Kami dari guru BP dan wali kelas sudah ketemu AI. Dia sehat. Persalinan normal. Bayinya perempuan. Kulitnya mluntuh (putih bersih)," kata seorang guru SMPN 1 Karanganyar yang namanya enggan disebut saat dihubungi Gatra.com, Selasa (24/8).
Saat menjenguk, pihak sekolah mengorek informasi dari orangtua AI perihal kehamilan siswi kelas IX itu. Orangtua mengaku lepas pengawasan AI. Mereka tak menyangka pergaulannya kelewat batas. Dalam kesempatan bertemu orangtua AI, pihak sekolah mengundang keduanya ke sekolah untuk ditanyai lebih mendalam.
Mengenai kehamilan AI, sebenarnya para guru mendengar kabar itu sudah sebulan lalu dari obrolan daring anak-anak muridnya. Hanya saja para guru tidak menganggapnya serius. "Dikira itu hoaks. Obrolan anak-anak di grub WA," katanya.
Ia menceritakan ada pasangan suami istri yang telah memiliki dua orang anak, menghendaki mengadopsi anak yang baru saja dilahirkan AI. Pasangan tersebut sempat menanyakannya ke dirinya. "Saya persilakan langsung ketemu AI dan orangtuanya saja. Namun kelihatannya AI mau merawatnya sendiri. Pasangan itu punya dua anak yang semuanya disekolahkan di ponpes," katanya.
Pihak sekolah sebenarnya selalu menyisipkan imbauan ke peserta didiknya perihal bahaya pacaran dan pergaulan bebas. Penyampaian imbauan itu dilakukan secara daring karena belum diperbolehkan KBM tatap muka. "AI anak bungsu dari 4 bersaudara. Ibunya di rumah sedangkan ayahnya pekerja bangunan," katanya.
Kepala SMPN 1 Karanganyar Drajat Sri Widodo mengatakan sedang membahas langkah menyikapi kasus AI. Menurutnya baru kali pertama mengalami kasus siswi hamil dan melahirkan di sekolahnya. "Dilematis bagi sekolah. Tidak mungkin mengeluarkan. Kasihan masa depannya nanti. Ini sedang dibahas langkah terbaik bagi AI," katanya.
Pihak sekolah, menurutnya, sudah memiliki catatan AI yang kurang bagus. Saat AI duduk di kelas VII, siswi tersebut sering membolos. Bahkan pihak sekolah sampai harus mengutus guru ke rumahnya untuk membujuknya kembali belajar. Memasuki masa pandemi, pihak sekolah makin sulit mengawasi AI maupun peserta didik lainnya. Mereka hanya memantau tugas-tugas sekolah yang dikirim secara daring.