Jakarta, Gatra.com - Penyakit kardiovaskuler atau Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan penyakit Stroke memang masih menjadi pembunuh nomor 1 di Indonesia. Bukan hanya tercatat sebagai salah satu penyumbang kasus terbanyak, namun beban penyakit ini juga diakui menggerogoti ekonomi negara, dimana beban ongkos pengeluaran BPJS Kesehatan dari penyakit ini juga diketahui menjadi salah satu yang terbanyak
Menykapi itu, Kelompok Keahlian Teknik Biomedika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan sebuah inovasi berupa alat pendeteksi dini penyakit kardiovaskuler.
Alat yang disebut NIVA (Non-Invasive Vascular Analyzer) ini merupakan perangkat yang bisa memberikan peringatan dini terhadap potensi serangan penyakit pada seseorang.
“Jadi ditawarkan sebuah solusi preventif melalui perangkat ini. Alat ini juga bisa menjadi alat skrining untuk mencari populasi masyarakat yang mungkin berisiko lebih tinggi dibanding yang lain. Kalau diketahui di awal tentu bisa di lakukan langkah preventif sehingga tidak sampai mengalami serangan,” kata Peneliti Tim NIVA Biomedik STEI-ITB, Hasballah Zakaria dalam webinar Inovasi Alat Kesehatan STEI-ITB, Sabtu (21/8).
Hasballah menjelaskan, perangkat NIVA mempunyai dua fungsi utama. Pertama, perangkat tersebut dapat mengukur fungsi vaskuler untuk mengantarkan darah ke seluruh tubuh. Melalui NIVA, skrining bisa dilakukan untuk melihat apakah fungsi tersebut masih normal atau tidak dalam rangka melihat adanya kecenderungan penyumbatan atau tidak.
“Kedua, mengukur yang lebih awal lagi yakni fungsi Endotelial. Ini diukur menggunakan sebuah challange dimana pembuluh darah itu coba ditutup dengan diblok aliran darah kemudian dilepas kembali. Lalu dilihat, reaksi pembuluh darah itu, agar bisa memberikan gambaran apakah pembuluh darah itu masih berfungsi normal atau tidak,” bebernya.
Melalui NIVA kedua fungsi tersebut akan dintegrasikan agar penggunaan perangkat nantinya bisa dioperasikan dengan mudah dan tidak bergantung pada keahlian dari operator nantinya.
Pengembangan perangkat ini, sambung Hasballah, sudah dilakukan sejak 2013 hingga 2018 dan juga sudah dujikan pada beberapa Rumah Sakit.
“Setelah periode 2018, Alhamdullilah kami temukan partner industri dan kami sangat senang teknologi ini dapat diiadopsi industri dalam rangka untuk coba memberikan manfaat lebih luas di masyarakat,” katanya.