Home Kesehatan LALILULELO: Gangguan Kognitif yang Mengintai Penyintas Covid-19

LALILULELO: Gangguan Kognitif yang Mengintai Penyintas Covid-19

Jakarta, Gatra.com – Dokter Spesialis Saraf RSUI, dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S(K), menyatakan bahwa penyintas Covid-19 perlu mewanti-wanti serangan long Covid dalam bentuk gangguan koginitif.

dr. Pukovisa menamai gangguan kognitif tersebut sebagai LALILULELO. LALILULELO merupakan singkatan dari labil, linglung, lupa, lemot, dan logika tak beraturan.

“Jadi, virus Covid itu selain main-main di paru, main-main di tubuh kita yang lain, ternyata juga ada penelitian yang mengatakan dia juga menyerang otak,” ujar dr. Pukovisa pada Jumat, (20/8/2021).

dr. Pukovisa mengungkapkan bahwa salah satu penyebab LALILULELO adalah komunikasi antar-sel di otak yang tak berfungsi dengan baik. Ia juga menambahkan bahwa gangguan LALILULELO ini bisa terjadi lebih parah pada penderita penyakit otak berat.

dr. Pukovisa menyatakan bahwa gangguan ini dapat disembuhkan. Akan tetapi, kesembuhan tersebut bergantung pada beberapa hal. Untuk penderita penyakit degeneratif/progress, atau juga penyakit otak berat, penyembuhannya akan memakan waktu lama. Kalau pun tak bisa diobati sama sekali, yang bisa dilakukan oleh dokter hanyalah memperlambat perkembangan gangguan koginitif tersebut.

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya perubahan pada sel-sel yang akhirnya memengaruhi organ-organ tubuh lain secara menyeluruh. Kondisi ini kerap kali terjadi seiring berjalannya waktu, terutama pada proses penuaan.

Dengan demikian, dr. Pukovisa juga menyebut bahwa usia tua bisa menjadi salah satu penyebab yang memperparah atau mempercepat adanya gangguan kognitif tersebut. Akan tetapi, hal tersebut juga harus dikukur terlebih dahulu secara medis.

“Sebaiknya diperiksakan aja ke dokter. Kalau terjadi lebih dini, dokter deteksi supaya tidak lebih buruk,” ujar dr. Pukovisa.

dr. Pukovisa menyatakan bahwa sebelum berkonsultasi dengan dokter, masyarakat awam pun sebetulnya bisa melakukan deteksi dini. Apabila sesorang mengalami salah satu dari lima gangguan kognitif di atas, maka orang tersebut disarankan untuk pergi ke dokter.

“Nah, kalau ada LALILULELO, kapan pun itu, mau setelah Covid, mau setelah apa pun, pertama jangan dicuekin. Kenapa jangan dicuekin? Karena kita itu kan harkat martabatnya lebih tinggi lah relatif ya dibandingkan makhluk Tuhan yang lain. Itu kenapa? Karena otaknya,” ujar dr. Pukovisa.

“Kalau ada gejala otak, semestinya kita punya juga kepedulian yang besar. Masalahnya yang kaya gitu-gitu suka dimaklumin. Kita lebih sering ke dokter kalau kita susah pipis, susah BAB, jantungan, tapi kalau udah [terkena gangguan kognitif] lupa, enggak ke dokter. Ya karena lupa juga ke dokternya mungkin,” kata dr. Pukovisa berseloroh.

dr. Pukovisa juga mengingatkan bahwa informasi mengenai LALILULELO ini jangan dipendam sendiri. Informasi ini bisa digunakan oleh seseorang untuk memantau orang-orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, dan teman. Dengan demikian, setiap elemen masyarakat bisa saling mendeteksi dini gejala LALILULELO di lingkungan terdekatnya.

“Ya mudah-mudahan kita dilindungi lah karena otak itu sebenrnya kita banyak pelindungnya. Nggak sembarangan kuman atau virus masuk ke sana,” ujar dr. Pukovisa.

780