
Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Bumi Alumni (PBA), Ary Zulfikar, mengatakan, pihaknya segera mendirikan galeri hybrid untuk menjajakan berbagai produk UMKM anggota PBA.
"Galeri yang menjadi showcase bagi produk-produk UMKM Bumi Alumni. Adanya market place juga akan menjadi strategi bagi PBA untuk menembus pasar di dalam negeri dan luar negeri," kata Ary Zulfikar pada Kamis (19/8).
Dalam acara rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia secara virtual ini, pria yang akrab disapa Azoo tersebut, menyampaikan, market place yang tengah dikembangkan tersebut merupakan strategi marketing.
"Kita juga jika ada komunitas diaspora yang ada di berbagai belahan dunia bisa langsung melihat dan mengetahui produk Bumi Alumni," katanya.
Azoo juga menyampaikan bahwa PBA segera membentuk lembaga riset dan bantuan hukum. Ini merupakan suatu langkah progresif PBA setelah mendirikan koperasi seiring pertumbuhan Bumi Alumni yang mempunyai motto membangun UMKM berdasarkan kompetisi dan keahlian agar tercipta kemandirian finansial.
Motto tersebut menjadi dasar bagi anggota untuk berkembang bersama. "Simbol gambar daun salam warna emas di motto PBA berasal dari filosofi Yunani, yang ada di PBA bermakna pengetahuan, kebijaksanaan, dan kemashuran, nantinya diharapkan setiap anggota PBA juga akan mendapatkan keberhasilan dalam mengembangkan usaha."
Menurut Azoo, pihaknya juga akan memanfaatkan jejaring komunitas diaspora alumni yang tersebar di berbagai belahan dunia. PBA telah melakukan berbagai penjajakan kepada alumni atau diaspora di sejumlah negara, di antaranya Korea Selatan dan Jepang.
"Namun memang masih memerlukan upaya upaya lebih lanjut terkait produk, distribusi dan perizinan dan sebagainya," kata Ary.
Sementara itu, untuk menyiapkan produk-produk UMKM yang bisa dipasarkan ke luar negeri, di antaranya Jepang, melalui jaringan alumni atau komunitas diaspora, PBA tengah mengidentifikasi produk-produk unggulan.
Berdasarkan hasil audiensi dengan? Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), PBA saat ini terinspirasi mengembangkan kriya, fesyen dan kuliner. Ini sejalan dengan program dari Kemenparekraf. Kebetulan PBA juga memiliki anggota-anggota yang bergerak di ketiga bidang tersebut.
“Ke depan, seusai dengan audiensi dengan kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno kita coba menjajagi pengembangan ekonomi kreatif,” ujar Azoo.
Sementara itu, Dewan Pembina PBA, Umar Hadi, mengapresiasi langkah jajaran pengurus PBA yang melakukan berbagai langkah progresif untuk mengembangkan PBA dan anggotanya di tengah kondisi luar biasa, yakni pandemi Covid-19 ini.
"Hasil dan manfaatnya insyaallah luar biasa untuk para anggota dan masayarakat pada umumnya,” kata pria yang menjabat Duber RI untuk Korea Selatan (Korsel) tersebut.
Ketua Dewan Pengawas PBA, James Ibrahim, menambahkan, HUT RI harus menjadi momentum mengambil teladan dan semangat para pendiri bangsa dalam menyikapi tantangan zaman yang dinamis.
Pada kesempatan ini, juga diluncurkan mars PBA yang diciptakan Donny, salah satu anggota PBA. Kepala Bidang Hubungan Antar Lembaga PBA, Dewi Tenty Septi Artiany, mengatakan, mars merupakan penyemangat bagi organisasi dan anggotanya.
“Irama mars yang kuat dan menghentak, sangat tepat buat perkumpulan yang solid dan dinamis seperti PBA,“ ujar Dewi.
Lebih jauh Dewi menyampaikan soal merek kolektif Lupba milik PBA. Kepemilikan merek secara kolektif atau berkelompok diatur dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang (UU) Merek dan Indikasi Geografi. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh orang dan badan hukum untuk sama-sama membedakan dengan barang jasa umum lainnya.
“Merek kolektif tidak bisa dilisensikan kepada pihak lain, digunakan bersama karena kepemilikannya bersifat kolektif,” katanya. Dengan demikian, orang lain yang akan menggunakan merek tersebut, tidak diberikan lisensi, cukup bergabung dengan PBA.
Merek Lupba terdaftar atas nama PBA dan menjadi merek koletif yang didaftarkan dan dikelola sesuai dengan UU Merek dan Indikasi Geografis dengan harapan menjadi pilot project bagi merek kolektif di Indonesia.
“Tidak semua perkumpulan memiliki merek kolektif, kita patut berbangga PBA memiliki merek sendiri yang bernama Lupba,” kata Dewi. Menurutnya, produk bermerek Lupba terus berkembang, dengan aneka produk dari kopi, kripik, dan sebagainya.
Dalam rangkaian peringatan HUT ke-76 RI, UMKM Alumni yang tergabung dalam PBA menggelar grebek warung di 17 warung seputar Bandung. Dalam acara ini dibagikan sembako dan nasi boks kepada para pelaku ultra Mikro yang berjuang untuk hidup di tengah pandemi dengan membuka warung.
”Kegiatan ini meliputi pemberian bahan baku untuk berusaha, modal usaha, dan promosi produk dari pelaku UMKM yang dibeli gratis untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar," kata Dewi.
Acara virtual ini juga dihadiri oleh Dewan Pembina PBA lainnya, yakni Prof. Susi Dwi Harijanti dan Dr. Indra Prawira. Kemudian, Anggota Pengawas PBA Inda D. Hasman serta para anggota PBA dan undangan lainnya, di antaranya perwakilan dari Kementerian Koperasi dan UMKM, IKA Muda Unpad, Manajemen Mall BTC Bandung, Kadin Kota Bandung, Pegadaian, dan BPJS Ketenagakerjaan.