Jakarta, Gatra.com - Paling lambat tiga tahun lagi, sederet hasil riset baru untuk menopang industri dan masa depan sawit yang lebih baik, bakal nongol.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa sawit (BPDPKS) yang membiayai itu semua. Duit yang disiapkan mencapai Rp42,4 miliar.
Penggelontorannya tak sekaligus, tapi ada yang tahun jamak lantaran diantara riset yang disetujui, ada yang butuh waktu penyelesaian hingga tiga tahun.
Yang pasti, hasil-hasil riset itu bakal sangat bermanfaat. Dibilang begitu lantaran topik yang dipilih, benar-benar yang paling penting.
Itulah makanya dari 448 proposal penelitian dan pengembangan yang disodorkan pada program 'Grant Riset Sawit 2021' itu, cuma 28 yang lolos.
Terus yang menjalankan riset itupun 13 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) kampus-kampus ternama dan 5 lembaga riset terkemuka pula.
Kampus ternama itu tak hanya di Pulau Jawa, tapi juga di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Ada Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Tekonologi Sepuluh November (ITS).
Kemudian Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Malikussaleh, Universitas Riau, Universitas Bengkulu, Universitas Lampung, Universitas Tanjungpura, Universitas Lambung Mangkurat dan Universitas Tadulako.
Lima lembaga riset tadi antara lain; Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi), Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Adapun topik-topik penelitian yang lolos tadi; Pengembangan Palm Crete Beton, Peningkatan Kestabilan Oksitasi Biodiesel, Teknologi Produksi Hidrogen, Produk benang dan kain biomassa sawit, Produksi Palmkernelamidopropyl Betaine, Teknologi Produksi Stabiliser Termal Polyvinyl Chloride.
Pemanfaatan Bungkil Sawit, Rapid test 3MCPD, Pemanfaatan Spent Bleaching Earth, Teknologi Paludilutur pada PSR, Alat Deteksi dini Ganoderma, Mobile Mini Crane Untuk Loading, Sawit dan SDGs.
Perbaikan Status Kesehatan Reproduksi, Status Gizi dan Penyimpangan Kerja pada Pekerja, Model Reintegrasi Sosial-Ekonomi Eks Kombatan GAM, Penguatan Modal Sosial Kelembagaan Petani Swadaya, Strategi dan Insentif untuk Percepatan Pelaksanaan Sertifikasi Sawit Berkelanjutan, Inventarisasi dan Identifikasi Lahan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dalam Kawasan Hutan.
Tadi siang, penekenan kesepahaman tentang pelaksanaan riset itu dilakukan secara daring. Dari 28 prosal tadi, 23 di antaranya Perjanjian Kontrak Kerja Sama (PKS) dan sisanya Memorandum of Understanding (MoU).
Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurracman yang langsung memimpin penekenan itu. "BPDPKS berkomitmen untuk terus memberikan dukungan pendaanan penelitian dan pengembangan demi keberlanjutan industri kelapa sawit nasional. Komitmen ini sesuai dengan tugas yang dimanahkan kepada kami melalui Peraturan Presiden No 61 Tahun 2015 junto Perpres No. 66 Tahun 2018," katanya dalam siaran pers yang diterima Gatra.com beberapa jam kemudian.
Lelaki 68 tahun ini menyebut, penelitian dan pengembangan adalah salah satu elemen penting dalam sebuah industri, tak terkecuali sektor perkebunan sawit.
Sebab oleh hasil penelitian dan pengembangan itulah kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai 2002-2006 ini, industri kelapa sawit yang berkelanjutan bisa dilakukan optimal.
Penelitian dan pengembangan musti bisa menghasilkan solusi terhadap ragam persoalan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit.
Mulai soal efisiensi dan peningkatan produktivitas, sustainability dan awareness terhadap lingkungan dan isu-isu global, serta mendorong penemuan, inovasi produk dan pasar baru.
"Sederet hasil penelitian yang didanai oleh BPDPKS sebelumnya, alhamdulillah sudah dimanfaatkan, ada pula yang sudah masuk tahap komersialisasi," cerita Eddy.
Misalnya bahan untuk pengambilan kebijakan terkait pemanfaatan biodiesel --- pencampuran Biodiesel dengan minyak solar --- B20, B30 dan B40.
Pengembangan Surfaktan oleh PT Petro Kimia Gresik, Produksi Helm oleh PT Interstisi Material Maju, Pembangunan pabrik pilot Stabiliser Termal PVC oleh PT Timah Industri dan Biosilika yang telah dimanfaatkan di beberapa Perkebunan Sawit.
Lau ada juga dua kajian yang dipakai untuk sidang; kajian 3MCPD untuk sidang Codex dan CPOPC serta kajian EU Directive untuk Sidang WTO.
Pabrik Industrial Vegetable Oil (IVO) sudah dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel).
Penelitian dan Pengembangan terkait Bensin Sawit juga masih terus dikembangkan untuk menggantikan minyak gasoline (bensin) yang masih impor dalam jumlah yang besar.
Lantas, ada juga hasil penelitian itu yang sudah dipublikasikan dalam bentuk buku; Sejarah Perkembangan Status, Penggunaan Lahan dan Keanekaragaman Jenis Hayati Kebun Kelapa Sawit Indonesia.
"BPDPKS berharap bisa terus memberikan kontribusi maksimal untuk mensupport program-program yang diamanatkan," Eddy berharap.
Dan soal hasil penelitian yang sedang dan akan dilaksanakan, Eddy juga berharap semuanya kelak bisa dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit, pemerintah dan masyarakat.
Tak hanya sebagai acuan dalam pelaksanaan pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk turunan tertentu, tapi juga untuk pengambilan kebijakan keberlanjutan industri sawit yang lebih baik.