Solok, Gatra.com- Kembangkan potensi Kota Solok pada bidang pembangunan dan ekonomi agar mampu meningkatkan daya saing daerah, Kota Solok mulai menyusun rangkaian Smart Branding sebagai satu upaya mewujudkan Kota Solok menjadi Smart City di Sumatera Barat.
Smart Branding merupakan upaya membangun branding daerah yang lebih pintar sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah, dan smart branding sendiri merupakan salah satu dari enam pilar dalam membangun kota pintar, disamping smart governance, smart society, smart living, dan smart economy.
Ada beberapa hal diperlukan mengambangkan city branding, pertama kota yang sudah melakukan city branding akan dikenal dengan persepsi yang baik, seterusnya city branding dapat dimanfaatkan sebagai kanal berbagi visi dan aspirasi.
Wakil Wali Kota Solok Ramadhani Kirana Putra mengungkapkan City branding dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan potensi yang ada di suatu daerah, menunjukan positioning ekonomi, menghilangkan stereotip, dan memberi konteks untuk promosi daerah.
Dhani juga meambahkan city branding merupakan citra grafis tetapi juga peningkatan daya saing dan nilai tambah daerah melalui pengembangan ekosistem pariwisata, ekosistem bisnis dan penataan wajah kota dalam rangkaian yang inovatif dan kolaboratif.
Wawako juga menyampaikan dalam upaya perwujudan smart branding, pemerintah Kota Solok melalui Dinas Komunikasi dan informatika telah memberikan Focus Group Discussion (FGD) Blue Print smart Branding Jumat kemarin. Dengan menghadirkan narasumber pada kesempatan ini, Hari Kusdaryanto, Chief Strategy Officer PT. Citi Asia
"Dalam upaya pengembangan ekosistem pariwisata dengan mengembangkan destinasi dan atraksi serta amenitas (fasilitas) yang layak bagi wisatawan, membangun budaya hospitalities oleh warga termasuk keramah-tamahan, kemampuan berbahasa asing, literasi digital, ketersediaan tour-guide dan lain-lain,"terangnya kepada Gatra.com Selasa (17/8).
Pengembangan ekosistem bisnis di tengah situasi pandemi Covid-19, saat ini sangat relevan dengan membangun platform pemasaran komoditas unggulan melalui e-commerce dan pasar moderen. Selain itu, perlu juga untuk mendorong investasi serta pembangunan produk dan jasa industri kreatif.
Pembangunan citra atau wajah kota dapat diwujudkan melalui penataan kota yang menonjolkan arsitektur nilai-nilai lokal dengan tetap mengikuti dinamika modernisasi, merancang jalur koridor utama kota, tepian kota (edges), titik simpul kota (nodes), persimpangan (signage), petunjuk jalan, tengara (landmarks) seperti; patung, bangunan, fasad alam yang merefleksikan visi branding kota.
Dari hasil analisis scoring yang telah dilakukan pihak Citiasia terhadap tiga ekosistem smart branding Kota Solok, Harry mengemukakan smart branding kota Solok memiliki skor yang tergolong rendah; destinasi pariwisata (56,7 dari 100), amenitas (53,3 dari 100). Sedangkan scoring citra atau wajah kota memiliki skor yang paling rendah, edges (26,7), landmarks (43,3) dan signage (33,3).
Scoring ekosistem bisnis cukup lumayan, semua indikator nilainya melebihi skor 60, hal ini karena secara alamiahnya aktivitas ekonomi kota Solok lebih dominan pada sektor perdagangan dan jasa, sebutnya.
Lebih lanjut FGD juga menampilkan draf rencana induk pengembangan smart branding pada masing-masing ekosistem beserta sejumlah rencana kegiatan penunjang, beberapa di antaranya adalah penyusunan brandbook, pembuatan video marketing kota, aktivasi social media, pembentukan tim branding daerah lintas sektor, roadshow promo daerah dan bisnis forum secara berkala.