Yogyakarta, Gatra.com – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan peringatan HUT RI di masa pandemi mengingatkan pada situasi pada masa proklamasi kemerdekaan. Dalam situasi chaos, ada peluang untuk hal positif dan pertumbuhan.
“Meski beda ruang dan waktu, rasanya ada kesamaan situasi, sama -sama di saat chaos, yang serba kacau,” kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan upacara peringatan HUT ke-76 RI di Gedung Agung, Yogyakarta, Selasa (17/8).
Menurutnya, saat Proklamasi 1945, kita masih di bawah kekuasaan Dai Nippon dan bayang- bayang kembalinya kolonialis Belanda. “Situasi kekacauan yang sama, kini juga sangat terasakan kehadirannya, meski beda wujudnya. Kita berada dalam cengkeraman Covid-19 yang telah menyebar menjadi pandemi global,” kata dia.
Ia menyatakan setiap chaos hendaknya jangan dipandang sebagai negative chaos, melainkan sebuah positive chaos yang membuka peluang kemajuan. Menurutnya, dulu, meski dalam ancaman Kenpeitai, Gestaponya balatentara Jepang, sebagai bangsa terjajah kita menjadi merdeka dan berdaulat.
“Pemahaman chaos negatif karena by design dengan fondasi struktural dan sosio-kultural yang rapuh. Keanekaragaman dipaksakan menjadi keseragaman, dinamisitas ke stabilitas, heterogenitas ke homogenitas. Yang ditumbuhkan berbagai ketakutan berbeda dan ketakutan akan ketidakberaturan,” paparnya
Karena mewarisi sifat pejabat Belanda sebagai sekadar administrator, Sultan meyebut aparat birokrasi saat itu ketakutan melanggar aturan, meski rakyat butuh uluran tangan dan campur tangan pemerintah secara cepat. Maka, kata dia, harus kreatif berupaya mencari solusi yang akuntabel.
Padahal, lanjut Sultan, bukankah keamananan dan keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi. Mestinya dunia harus dilihat sebagai tumbuhan-rambat yang tumbuh menjalar secara chaotic. Sebagai model pertumbuhan, rhizoma memiliki prinsip dasar konektivitas.
Sebagai tumbuhan yang menjalar di dalam tanah, rhizoma menghasilkan tunas dan akar baru dari ruas ruasnya. Tanaman dengan sistem rhizoma membiak secara vegetatif alami, terjadi dengan sendirinya menggunakan bagian dari tumbuhan itu sendiri.
“Maka, jika Covid dipandang layaknya rhizoma, ia berpotensi menumbuhkan rimpang dan tunas yang memunculkan daun. Dengan metafora rhizoma ini, pandemi pun bisa ditempatkan sebagai positive chaos yang menyemai banyak peluang pertumbuhan,” kata Raja Keraton Yogyakarta ini.
Artinya, kata dia, penyebaran vius membuat kita bekerja di rumah dan muncullah kreativitas. Kita dipaksa untuk sering cuci tangan dan memakai masker sehingga kita terbiasa dengan budaya bersih. Setiap komunitas akan lebih peduli lingkungan. Kerusakan alam pun terkurangi secara signifikan.
Sultan berharap, langkah-langkah pengetatan di masa pandemi ini membuat tren kasus Covid-19 DIY membaik. “Saya sudah mengingatkan, bahwa pepatah 'mangan ora mangan waton kumpul' yang dulu lekat sebagai ikatan kekerabatan kita, kini tidak tepat lagi untuk dijadikan anutan keluarga,” ujarnya .
Menurutnya, warga yang terpapar harus berbesar hati dan rela dipindahkan ke shelter atau isolasi terpadu secara berjenjang. “Jika penularan di tingkat Keluarga dan RT bisa dihentikan, insya Allah secara bertahap kondisi kita akan terus membaik, hingga bisa hidup normal kembali dengan cara baru,” katanya.
Sultan pun mengajak seluruh warga untuk menumbuhkan optimisme dan saling percaya untuk melawan Covid-19 yang tak bisa diramalkan kapan berakhirnya.
“Konsekuensinya, kita harus siap hidup harmoni dengannya. Dengan penemuan vaksin, bahkan mungkin nanti obat anti-Covid, akan bisa memberi jaminan kesehatan dan rasa aman. Kita juga harus percaya, bahwa di balik kesulitan selalu ada kemudahan,” paparnya.
Sesuai data termutakhir, Senin (16/8), kasus Covid-19 di DIY bertambah 702 kasus, sehingga total kasus terkonfirmasi 139.160 kasus. "Penambahan kasus sembuh sebanyak 1.181 kasus, sehingga total sembuh menjadi 108.641 kasus.
Kasus aktif mencapai 26.193 orang, termasuk 1.263 orang yang dirawat di rumah sakit dengan tingkat keterisian di RS (BOR) sekitar 46 persen.
"Penambahan kasus meninggal sebanyak 36 kasus, sehingga total kasus meninggal menjadi 4.326 kasus," kata Kepala Humas Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji, Senin.