Jakarta, Gatra.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan pakaian adat Suku Baduy Luar pada kesempatan sidang tahunan MPR RI dan pidato kenegaraan presiden dalam rangka HUT ke-76 RI yang digelar pada Senin (16/8). Pakaian adat tersebut dikenal juga dengan nama Jamang Sangsang.
Jokowi pun membeberkan alasan mengapa ia mengenakannya. “Busana yang saya pakai ini adalah pakaian adat Suku Baduy. Saya suka karena desainnya yang sederhana, simple, dan nyaman dipakai,” ujar Jokowi di ujung pidato kenegaraannya.
Baca Juga: Jokowi Kenakan Pakaian Adat Baduy di Sidang Tahunan MPR RI
“Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Jaro Saija, tetua adat masyarakat Baduy, yang telah menyiapkan baju adat ini,” lanjut Jokowi.
Sementara itu, Kantor Staf Presiden (KSP) menambahkan bahwa alasan Jokowi memakai pakaian adat tersebut adalah sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap keluhuran nilai-nilai adat dan budaya Suku Baduy, seperti dilansir oleh akun Twitter resmi KSP @KSPgoid pada hari yang sama.
Presiden Jokowi tampil dengan dibalut busana serba hitam, lengkap dengan aksesoris khas Baduy lainnya, yaitu tas koja atau jorog yang terbuat dari kulit kayu pohon terep. Tas ini biasanya berfungsi sebagai tempat menyimpan perlengkapan yang dibutuhkan oleh suku tersebut.
Baca Juga: Ini Jenis Harta Warisan di Masyarakat Baduy
Sementara di bagian kepala, Presiden Jokowi tampak mengenakan kain ikat berwarna biru tua bercorak batik penutup kepala. Warna biru tua bercorak batik ini adalah ikat kepala yang khas digunakan oleh Suku Baduy Luar.
Jokowi tidak memilih busana adat Suku Baduy Dalam yang berwarna putih. Melansir indonesiakaya.com, baju adat Baduy dengan dominasi warna putih merupakan simbol kehidupan yang suci tanpa pengaruh dari budaya luar.