Bogor, Gatra.com - Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman pandemi Covid-19. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai ekspor pertanian dua tahun terakhir. Ekspor pertanian pada tahun 2020 mencapai Rp451,8 triliun, naik 15,79% dibandingkan 2019 yang angkanya mencapai Rp390,16 triliun.
"Pada semester I tahun 2021, dari Januari sampai dengan Juni 2021, ekspor mencapai Rp282,86 triliun rupiah, naik 14,05% dibandingkan periode yang sama tahun 2020, yaitu sebesar Rp202,05 triliun," ujar Presiden Joko Widodo saat melepas Merdeka Ekspor Pertanian Tahun 2021 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu, (14/8).
Menurutnya, peningkatan ekspor komoditas pertanian tersebut turut berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Ini ditunjukkan dengan nilai tukar petani yang terus membaik.
"Pada Juni 2020 nilai tukar petani berada di angka 99,60, secara konsisten meningkat hingga Desember 2020 mencapai 103,25 dan Juni 2021 mencapai 103,59. Menurut saya, ini sebuah kabar yang baik yang bisa memacu semangat petani-petani kita untuk tetap produktif di masa pandemi," ujarnya.
Mengenai ekspor beras yang mulai dilakukan ke Arab Saudi, Jokowi meminta jajarannya agar melakukan kalkulasi secara cermat, sehingga stok beras untuk kebutuhan dalam negeri bisa tetap aman.
"Kalau memang dihitung betul beras kita ini berlebih dan mampu kita ekspor, ya ekspor saja. Tetapi, sekali lagi, dikalkulasi, dihitung bahwa benar-benar stok yang ada itu cukup untuk kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. Artinya, kebutuhan dalam negeri didahulukan, kalau hitung-hitungan ada sisa, silakan diekspor," ungkapnya.
Presiden juga meminta para kepala daerah untuk menggali potensi ekspor di daerahnya masing-masing. Komoditas-komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan, segera digarap. Tak hanya itu, ia juga meminta agar akses permodalan, inovasi teknologi dan pendampingan kepada petani diperkuat.
"Saya sudah banyak berbicara dengan dirut-dirut perbankan agar pertanian mendapatkan perhatian khusus karena ini ada kesempatan. Seperti tadi disampaikan oleh Menteri Pertanian mengenai porang, ada pasar yang besar yang bisa kita masuki tetapi juga ekspornya jangan mentahan, apalagi masih dalam bentuk umbi-umbian. Ya paling tidak sudah dalam bentuk tercacah, atau syukur bisa barang jadi atau beras porang yang sudah jadi. Target kita memang hilirisasi," Jokowi menjelaskan.
Presiden juga meminta agar para petani disambungkan dengan rantai pasok baik nasional maupun global. Dengan demikian, para petani dan pelaku-pelaku usaha pertanian dapat dengan mudah mengekspor produknya, sehingga bisa berkembang menjadi sentra-sentra produksi pertanian yang berorientasi ekspor.
"Saat ini dari 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, baru 293 kabupaten/kota yang memiliki sentra komoditas pertanian unggulan ekspor, baik itu produk sawit, karet, kopi, dan beberapa komoditas lain yang diminati pasar global. Masih banyak komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan" jelasnya.
Sejumlah komoditas pertanian lainnya yang masih memiliki potensi untuk diekspor antara lain sarang burung walet, porang, minyak atsiri, bunga melati, tanaman hias, edamame, serta produk holtikultura lainnya.
"Kalau kita betul-betul berikan perhatian akan menjadi sebuah produk yang baik untuk kita ekspor. Juga produk olahan peternakan yang juga makin terbuka pasarnya," imbuhnya.
Namun, Jokowi mengingatkan tidak cukup hanya fokus untuk meningkatkan produksi. Yang juga penting adalah penguasaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas.
"Melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan menghitung skala ekonomi dengan klasterisasi, ini penting sekali, serta melakukan mekanisasi pengembangan produk dan juga promosi produk berbasis digital. Ini juga harus kita kembangkan agar produk-produk pertanian kita makin dikenal luas dan makin kompetitif," paparnya.