Jakarta, Gatra.com - Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD-KEMD., menguraikan faktor penyebab, gejala dan tanda dari Dislipidemia.
Sebelumnya ia menerangkan Dislipidemia adalah kolesterol tinggi atau kelainan kolesterol. Serta mengatakan ini merupakan kelompok kelainan metabolisme lipid dengan berbagai bentuk spektrum. Di mana ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma dan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit Kardiovaskular.
Tri mengatakan, faktor penyebab dari Dislipidemia itu terbagi menjadi faktor primer dan sekunder. Untuk faktor primer itu dari genetik, kadar kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL) atau Trigliserida yang sangat tinggi.
"Primer ini genetik dari bawaan ya, biasanya dari usia-usia muda yang kolesterol LDL-nya sudah tinggi-tinggi sekali. Jadi kita harus curiga kemungkinan bawaan ini kalo kolesterol LDL-nya di atas 190 ya. Kemudian Trigliseridanya di atas 880, kita harus curiga bahwa ini background-nya ada penyebab genetik ya baik itu di level apa, reseptor LDL, macem-macem gitu mutasinya," bebernya, melalui Zoom dalam Virtual Press Conference yang diselenggarakan pada Kamis, (12/8).
Sedangkan yang sekunder, kata Tri, itu memiliki faktor penyebab yang lebih banyak. Seperti, gaya hidup, kurangnya aktivitas fisik dan asupan makanan yang berlebihan. Adapun penyebab lainnya bisa dari penyakit Diabetes Melitus (DM), penyakit ginjal kronik, hipotiroid, sirosis billier serta karena mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Ia pun mengatakan mayoritas yang menderita Dislipidemia itu hampir sebagian besar tidak mempunyai keluhan. "Kalo awal-awal mungkin tidak ada keluhan, kadang-kadang hanya pegel-pegel, kemudian kepalanya kadang-kadang sakit ya. Ini kalo enggak ada keluhan," terangnya.
Lanjut Tri, kelainan kolesterol ini juga bisa mengakibatkan serangan jantung atau stroke dan sebagainya. Sementara itu untuk gejala dan tandanya, terutama yang LDL-nya sangat tinggi itu dapat menderita Arkus Senilis.
Adapun Tri menambahkan bahwa itu juga dapat membuat Xantelasma pada kelopak mata serta Xantoma pada tendon achiles, siku dan lutut. Kalau Trigliseridanya sangat tinggi, bisa memunculkan radang akut pada pankreasnya atau disebut dengan Pankreatitis akut. Serta Hepatosplenomegali, Parastesia, rasa sesak napas, gangguan kesadaran dan Lipidemia Retinalis.
Di samping itu, ujarnya, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 terkait prevalensi Dislipidemia di Indonesia, menunjukkan terdapat 35,9 persen adalah kolesterol total di atas 200 mg. Kemudian 15, 9 persen itu kolesterol LDL di atas 190, lalu 22,9 persen adalah kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) di bawah 40 mg dan 11,9 persen itu Trigiseridanya yang di atas 500 mg.
"Dan ini tentu cikal bakal orang-orang yang nantinya jadi kena serangan jantung, kena stroke ya di usia-usia berikutnya," ucap Tri.