Jakarta, Gatra.com - Program LeaN On, sebuah inisiatif oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan INVEST DM, baru saja menyelesaikan survei terbarunya terkait kelompok rentan termarjinalkan di masa pandemi. Survei bertajuk "Survei Akhir Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mitigasi Covid-19 pada Kelompok Termarjinalkan" dipaparkan siang ini.
Peneliti Utama Survei Endline LeaN On dari CIRCLE Indonesia, Isma Novitasari Yusadiredja, mengatakan, pandemi yang telah menimbulkan dampak yang sangat besar di Indonesia telah mendorong 1,3 juta orang ke dalam kemiskinan, di samping kolapsnya fasilitas kesehatan, menjadi latar belakang survei ini.
Masyarakat yang mengalami marjinalisasi, terutama yang menghadapi berbagai diskriminasi, akan menjadi lebih rentan dalam keadaan bencana. Menurut Isma, ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, seperti kurangnya akses terhadap surveilans yang efektif dan sistem peringatan dini termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
Isma menjelaskan, metode yang digunakan dalam survei ini adalah survei melintang atau cross sectional dengan melibatkan 413 kelompok rentan. Terdiri dari kelompok disabilitas, orang dengan penyakit penyerta, kelompok berpenghasilan rendah, tunawisma, yatim piatu, pekerja seks, penyintas kekerasan, kelompok rentan diskriminasi, dan kelompok berbasis gender lain.
Dari jumlah tersebut, yang diperoleh dari 6 provinsi dan 30 kabupaten/kota, tim peneliti menemukan beberapa fakta keras. Misalnya hanya 68 persen koresponden yang menerima bantuan sosial, dan hanya 69 persen yang masuk dalam kepersertaan dalam jaminan kesehatan nasional.
"Perhatian harus diberikan kepada populasi yang rentan, ketidaksetaraan kesehatan melebar selama pandemi," kata Isma dalam konferensi pers bersama BNPB, Selasa (10/08).
Di sisi lain, tim peneliti juga menemukan bahwa masih ada sekitar 11 persen responden yang tidak percaya dengan adanya Covid-19. Hal ini juga berhubungan langsung dengan kapasitas kognisi dan masifnya misinformasi tentang Covid-19 yang beredar.
Dengan demikian, upaya intervensi perubahan perilaku akan menjadi kurang efektif. Situasi itu belum dihitung dengan temuan lain: 13,5 persen responden kelompok rentan tidak memiliki kemampuan untuk membeli kit kesehatan seperti masker, handsanitizer, dan sebagainya. "Mereka lebih memilih untuk membeli makanan terlebih dahulu," kata Isma.
Oleh karena itu, Isma melanjutkan, diperlukan peningkatan komunikasi yang inklusif dan tepat waktu tentang resiko Covid-19, baik tentang layanan atau skema perlindungan, dan mempromosikan perilaku pencegahan penularan yang tepat. "Dan meningkatkan ketahanan bagi penyandang disabilitas dan anggota masyarakat yang terpinggirkan," ucapnya.
Satuan tugas Covid-19 juga perlu mengintegrasikan kebutuhan penyandang disabilitas dan anggota masyarakat yang terpinggirkan dalam manajemen pandemi dan mempersempit kesenjangan penting dalam layanan dasar. "Dammpak pandemi yang tidak proporsional pada populasi tertentu telah menimbulkan banyak kesenjangan dan ketidakadilan di masyarakat," kata Isma.