Sragen, Gatra.com – Larap Slambu Makam Pangeran Samudra, Gunung Kemukus, Sumberlawang Sragen, Jawa Tengah (Jateng), digelar dengan pedoman protokol kesehatan (pokes) ketat, Selasa (10/8). Ritual ini hanya dilakoni juru kunci makam dan personel pengelola tempat wisata religi tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Sragen, Yusep Wahyudi, menegaskan, ritual kelambu yang digelar tiap 1 Sura pada penanggalan Jawa atau 1 Muharam pada kalender Hijriyah tetap dilaksanakan. Acara tersebut digelar pada Selasa pagi (10/8). Namun, jumlah peserta dibatasi.
"Menghanyutkan jaring nyamuk [kelambu] masih dilakukan dengan cara yang sederhana. Hanya sebatas petugas dan pengurus, jadi tidak ramai, mulai Selasa pagi pukul 07.00 WIB. Kita lakukan saja dengan cepat. Dalam waktu kurang dari 1 jam," katanya.
Baca Juga: Penggantian Songsong Peringati Malam Satu Suro
Dia menekankan bahwa selama upacara atau ritual, tidak ada jemaah yang diperbolehkan mendekat ke lokasi. Pintu gerbang depan pun ditutup. Menurutnya, penutupan sementara tempat wisata sudah disampaikan sejak awal PPKM. Termasuk meniadakan kerumunan selama ritual dengan menghalau peziarah mengikuti maupun menonton prosesi itu.
Guna mengantisipasi banyaknya pengunjung, pihaknya telah berkoordinasi dengan kepolisian, koramil dan linmas di Kecamatan Sumberlawang.
"Biasanya memang air bekas pencucian slambu jadi rebutan peziarah. Saat ini tidak ada lagi seperti itu," katanya.
Prosesi dimulai dengan pencopotan kelambu makam Pangeran Samudra oleh juru kunci kemudian dibawa menuju anak Sungai Serang untuk dicuci. Sementara itu, sebanyak tujuh tandon air dari mata air kuno telah disiapkan untuk membilas kelambu. Prosesi Larap Slambu Makam Pangeran Samudro mengandung makna upaya penyucian diri menyambut tahun baru Hijriyah.
Baca Juga: Peringatan Malam Satu Suro di Keraton Surakarta Tanpa Kirab
Meski obyek wisata religi ini ditutup selama renovasi dan PPKM darurat level 4, namun masih dikunjungi peziarah meski tidak banyak. Mereka nekat datang untuk berziarah dan ngalap berkah dari ritual Larap Slambu. Air bekas pencucian slambu dimintanya dari panitia yang sengaja menyisihkannya bagi para peziarah.
"Saya dari Wonosobo Mas. Datang rombongan, untuk ziarah kan malam satu Sura," papar SH, salah satu pengunjung asal Wonosobo, Senin malam (9/8).
Tak hanya Jateng, pengunjung juga datang dari luar kota seperti dari Bandung, Jakarta, Surabaya hingga Lamongan. Mereka datang sehari sebelum 1 Sura dengan harapan bisa berziarah sekaligus ngalap berkah dari ritual pencucian Slambu pada keesokan paginya.