Jakarta, Gatra.com – Pfizer baru saja meluncurkan sebuah program bantuan bagi para mahasiswa, dosen, dan peneliti yang berkecimpung di bidang bioteknologi kesehatan di Indonesia. Program tersebut dinamai Pfizer Biotech Fellowship.
Menurut Direktur Eksekutif Tenggara Strategics, Riyadi Suparno, program tersebut sudah berlangsung sejak bulan Juli kemarin dan masih terbuka saat ini hingga penutupannya pada bulan November mendatang. Grand launching programnya sendiri akan dilaksanakan pada Kamis, 12 Agustus 2021 mendatang secara daring.
“Tujuan utama dari program ini adalah untuk berkontribusi ke sektor bioteknologi di Indonesia, khususnya bioteknologi kesehatan,” ujar Riyadi dalam media briefing virtual yang digelar Selasa, (10/8/2021).
Program ini terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu Undergraduate Competition (untuk program S1), Graduate Education Grants (S2), dan Training of Trainers (untuk dosen dan peneliti).
Untuk kategori S1, kelompok mahasiswa yang berminat harus menulis esai dengan tema pilihan yang telah ditentukan oleh pengelola program. Partisipan program kemudian akan diseleksi menjadi 20 besar sebelum kemudian diseleksi lagi menjadi 10 grup. “Nah nanti setelah itu akan ada virtual mentoring. Kemudian juga ada virtual bootcamp dan presentation,” ujar Riyadi.
Sementara untuk kategori S2, mahasiswa diminta untuk mengumpulkan makalah penelitian (research paper) atau usulan penelitian (research proposal). Setelah proses seleksi selesai, akan ada virtual bootcamp dan presentation. Dari kategori ini akan ada lima pemenang.
Lalu untuk kategori dosen atau peneliti, partisipan akan diikutsertakan dalam capacity building, training, dan workshop dengan beberapa ahli, termasuk ahli dari Pfizer, baik global maupun Indonesia, dan juga ahli-ahli dari lembaga-lembaga internasional maupun dari Indonesia.
Untuk kriteria kategori mahasiswa S1, mahasiswa yang boleh ikut adalah mahasiswa S1 tingkat 3-4 dengan peminatan bioteknologi kesehatan. Partisipasi ini tidak bersifat individual, melainkan kelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga mahasiswa. Satu mahasiswa hanya boleh mendaftar pada satu tim.
“Ini khusus untuk tingkat akhir, tingkat ketiga atau tingkat keempat, ketika mereka sudah menyusun proposal skripsi. Mungkin belum nyusun skripsi tapi sudah tahun ketiga boleh berpartisipasi,” ujar Riyadi.
Pilihan topik esai untuk kategori mahasiswa S1 ada tiga. Yang pertama adalah “Building Indonesia’s capabilities on medical biotechnologies: key strategic imperatives”. Yang kedua “Building supportive policy ecosystem to improve application and public acceptance of biotechnology products”. Lalu yang ketiga “Understanding global supply chain on medical biotechnology innovation: implications for Indonesia.”
Esai wajib disupervisi oleh dosen pembimbing aktif. Peserta wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan program.
Sementara untuk kategori S2, program ini diperuntukkan bagi mahasiswa S2 peminatan bioteknologi kesehatan. Saat mengikuti program ini, peserta tidak boleh menerima dukungan dana dari sumber lain.
Selain itu, peserta juga wajib melampirkan surat rekomendasi dari universitas atau dari dosen pembimbing akademik. Syarat lainnya, proposal penelitian tesis harus disupervisi oleh dosen pembimbing aktif. Peserta juga wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan program.
Lalu untuk program Training of Trainers (dosen dan peneliti), kriteria khusus bagi peserta adalah status tenaga pengajar fakultas bioteknologi, khususnya peminatan bioteknologi kesehatan. Peserta harus punya pengalaman mengajar minimal dua tahun.
Selain itu, peserta juga harus menerima nominasi dan rekomendasi dari fakultas atau program studi. Kemudian, peserta juga wajib melampirkan salinan Nomor Induk Dosen nasional (NIDN). Peserta wajib terlibat aktif pada semua rangkaian program.
Untuk saat ini, sebanyak 11 universitas di Indonesia bisa ikut berpartisipasi dalam program ini. Di kategori kampus negeri ada nama Universitas Gadjah Mada (UGM), Unversitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Andalas, dan Universitas Jember.
Sementara sisanya adalah kampus swasta, yaitu Universitas Surabaya, Unika Atma Jaya, Universitas Esa Unggul, Universitas Pelita Harapan, Indonesia International Institute for Live Sciences (i3L), Universitas Kristen Duta Wacana, dan Universitas Teknologi Sumbawa.
Bagi para pemenang program, Riyadi menyebut bahwa pemenang akan mendapatkan dua manfaat sekaligus, yaitu manfaat keuangan dan pengalaman. “Ada dua manfaat yang ditawarkan. Pertama tentu manfaat monetary, tapi yang lebih penting tentu manfaat-manfaat yang lain yang di mana program ini menawarkan pengalaman. Mereka berinteraksi dengan ahli-ahli, baik lokal maupun global,” ujarnya.
Untuk kategori S1, hanya yang masuk ke posisi tiga besar yang akan mendapatkan hadiah dalam bentuk bantuan dana penelitian. Juara pertama mendapatkan bantuan dana sebesar Rp75 juta, kedua Rp60 juta, dan ketiga Rp50 juta. Riyadi menegaskan bahwa bantuan tersebut bersih alias pajak ditanggung oleh pengelola program.
Sementara untuk kategori S2, akan ada lima mahasiswa terpilih. Masing-masing mahasiswa tersebut akan mendapatkan dana bantuan penelitian senilai Rp 50 juta.
“Jadi, cukup besar untuk nilai kepada mahasiswa. Mudah-mudahan ini cukup membantu. Tujuan utamanya adalah bagaimana meningkatkan penelitian bioteknologi kesehatan di kampus,” pungkas Riyadi.