Bamako, Gatra.com – Sejumlah orang bersenjata telah menyerang beberapa desa di Mali utara. Mereka "menembaki apa pun yang bergerak" dan menewaskan sedikitnya 40 orang. Tindakan ini sebagai pembalasan atas penangkapan beberapa pemimpin militan baru-baru ini.
Pernyataan itu diungkap pihak berwenang setempat, dikutip Associated Press, Senin (9/8).
Kekerasan terbaru terjadi di daerah yang bergejolak di sepanjang perbatasan Mali, Niger, dan Burkina Faso di mana para ekstremis yang terkait dengan kelompok ISIS aktif.
“Para penyerang mengidentifikasi diri mereka sebagai militan ketika mereka tiba pada hari Minggu sekitar pukul 6 sore di komunitas Ouatagouna dan Karou,” kata pejabat setempat, Oumar Cisse.
“Sebagian besar korban berada di depan rumah mereka; yang lain pergi ke masjid,” katanya kepada The Associated Press.
Serangan itu terjadi seminggu setelah tentara Mali menangkap dua pemimpin militan yang telah dikecam oleh penduduk Ouattagouna dan Karou.
Para ekstremis telah menjadi ancaman di daerah itu selama bertahun-tahun. Pemberontak pertama kali menguasai kota-kota di Mali utara pada tahun 2012. Meskipun serangan militer yang dipimpin Prancis memaksa pemberontak keluar dari pusat kota pada tahun berikutnya, para militan dengan cepat berkumpul kembali di daerah pedesaan dan terus melancarkan serangan yang menghancurkan terhadap sasaran militer. .
Warga sipil juga semakin diserang, dengan ratusan orang tewas sejak Januari dalam serangkaian pembunuhan massal di desa-desa dekat perbatasan Niger dan Mali.
Prancis, bekas kolonial, mengumumkan bulan lalu bahwa mereka akan menarik lebih dari 2.000 tentara pada awal tahun depan dari wilayah Sahel, wilayah luas di bawah Gurun Sahara yang membentang di beberapa negara.