Jakarta, Gatra.com - Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan baru 57 persen bayi yang mendapatkan Air Susu Ibu atau ASI dalam satu jam setelah lahir. Hal itu diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Kartini Rustandi, melalui Zoom dalam temu media secara online bertajuk "Perlindungan Menyusui: Tanggung Jawab Bersama", yang disiarkan langsung via kanal YouTube Kementerian Kesehatan RI pada Kamis, (5/8).
Ia pun mengatakan menurut data Riskesdas tersebut, baru 52 persen bayi yang kurang 6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif. Serta mediannya dari lama pemberian Air Susu Ibu ekslusif itu hanya 3 bulan. "Mengapa? Kita punya tantangan," ujar Kartini.
Tantangannya, tuturnya, adalah kadang-kadang pengetahuan ibu dan keluarga perlu ditambahkan. "Seringkali, enggak perlu deh nanti sakit dan sebagainya," ucap Kartini.
Selain itu ia mengatakan tantangannya yaitu terbatasnya dukungan. Baik dukungan secara psikologis dari seorang ayah, keluarga, masyarakat atau komunitas, tempat kerja dan lain-lain. "Dukungan itu bukan selalu dukungan dalam bentuk peraturan, tapi macem-macem ya," terangnya.
Dan juga tantangan lainnya, tambah Kartini, adalah iklan pengganti ASI yang massif. "Nah ini yang paling sering nih gitu ya," katanya.
Untuk itu ujar Kartini diperlukannya guna mendapatkan dukungan. Seperti, kebijakan dan monitoring implementasi kebijakan. Menurutnya, jika memang harus ada kebijakan Air Susu Ibu ekslusif, maka tentu itu harus ada kebijakan-kebijakannya.
Kartini pun menyebut hal ini perlu didukung dengan peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya ASI, bagaimana menyusui dan bagaimana peran seorang ayah. Serta dukungan dari keluarga dan tempat kerja, juga tentunya ini perlu didukung untuk meningkatkan kapasitas dari tenaga kesehatan (nakes) agar dapat memotivasi guna memberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Air Susu Ibu ekslusif. Terakhir, diperlukannya penguatan dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dalam menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.