Jakarta, Gatra.com - Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tirta Segara mengungkapkan kepercayaan investor ritel pasar modal Indonesia pada semester I-2021 mengalami peningkatan sebesar 96 persen year on year.
Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan naiknya jumlah investor yang didominasi kalangan milenial dan Gen Z.
“Peningkatan jumlah investor ini harus dibarengi pula dengan penerapan program utama dalam menjaga kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia,” ujar Tirta saat Webinar Edukasi Keuangan "Like It" secara virtual di kanal Youtube Jasa Keuangan, Kamis (5/8).
Tirta menjelaskan OJK terus mendorong seluruh stakeholder untuk menjaga kepercayaan investor di pasar modal Indonesia. Maka itu, OJK menjalin kerja sama dengan Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FKPPPK) untuk menjalankan tiga program utama dalam menjaga kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.
"Tentu saja naiknya jumlah investor pasar modal ini menggembirakan namun harus dibarengi dengan penerapan 3 program utama dalam menjaga kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia," ujarnya.
Program utama tersebut, pertama adalah peningkatan literasi keuangan untuk pasar modal. Tirta menilai literasi keuangan akan mendorong investor semakin cakap dalam pengambilan keputusan investasi. Di samping itu, menurutnya, baru 5 persen dari seluruh masyarakat Indonesia yang memahami produk pasar moda. Angka tersebut masih jauh dari tingkat literasi untuk produk keuangan lain yang rata-rata sebesar 38 persen.
“Saya memiliki keyakinan bahwa investor ritel yang melek keuangan akan dapat melindungi diri sendiri dari praktik penipuan dan investasi ilegal. Mereka juga dapat memilih produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dengan mempertimbangkan aspek resiko, legalitas produk, serta kewajaran penawaran-penawaran produk,” imbuh Tirta.
Program kedua, OJK tengah berupaya memperluas akses keuangan terutama terhadap produk pasar modal. Tirta menjelaskan bahwa pendalaman dan perluasan instrumen investasi menjadi sangat penting.
"Dalam situasi pandemi seperti ini, ketersediaan produk investasi yang aksesible, fleksibel dan affordible merupakan hal yang krusial. Kita akan terus mendorong upaya pendalaman pasar keuangan melalui FKPPPK. Hal ini penting untuk memberikan alternatif instrumen investasi yang lebih banyak, informasi yang lengkap," ungkapnya.
Program ketiga yakni inklusi keuangan. Menurut Tirta, sinergi antara regulator, pemerintah, dan juga industri jasa keuangan perlu dikuatkan mengingat semakin maraknya produk investasi yang bersifat hybrid.
“Dalam melaksanakan edukasi dan perlindungan konsumen, OJK tidak dapat bergerak sendirian. OJK perlu dukungan seluruh pemangku kepentingan termasuk Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, industri jasa simpanan, dan para pemangku kepentingan lain,” ujarnya.