Jakarta, Gatra.com – Analis menilai cukup baiknya kinerja PT Bank Tabungan Negara (Bank BTN) pada semester I tahun 2021 menjadi suatu pertimbangan bagi investor untuk membeli saham bank pelat merah ini.
Adapun salah satu kinerja yang cukup baik tersebut sebagaimana dilansir Antara pada Rabu (4/8), yakni perolehan laba bersih Bank BTN yang mencapai Rp920 miliar selama 6 bulan pada tahun ini. Perolehan laba tahun ini naik sekitar 20% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Hasil riset dari analis Aldiracita Securitas Indonesia, Agus Pramono, bahwa tingkat laba operasi pra-provisi (PPOP) sesuai prediksi pihaknya meski laba bersih bank berkode BBTN ini hanya memenuhi 34,5% estimasi laba bersih tahun 2021.
Menurutnya, cadangan kerugian atau loans loss provision (LLP) yang lebih tinggi dari prediksi karena cakupan NPL yang lebih tinggi, sehingga pihaknya merevisi prediksi sebelumnya. "Tetapi kami mempertahankan target price (TP) kami di Rp2.600," ujarnya.
Sementara itu, analis dari Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat, menyampaikan, tetap merekomendasikan pembelian saham karena laba bersih BBTN naik sebesar 20% dan diimbangi turunnya cost of fund.
Menurut Kresna, pertumbuhan laba bersih yang kuat tersebut didukung menurunnya cost of fund dan stabilnya pertumbuhan nonbunga. Pihaknya pun merekomendasikan pembelian saham bank tersebut dengan TP Rp2.200, atau naik sekitar 63% dibandingkan penutupan perdagangan saham BBTN hari ini sebesar Rp1.345.
Berdasarkan hasil riset Mandiri Sekuritas, diprediksi bahwa Bank BTN akan mendapatkan laba bersih pada akhir tahun ini sekitar Rp2,15 triliun.
Senada dengan analis sebelumnya, analis dari Sucor Sekuritas, Edward Lowis, merekomendasikan pembelian saham bank tersebut dengan TP Rp2.000 karena bank ini baru meperoleh laba memadai.
Ia mengungkapkan, walaupun perolehan laba BBTN baru mencapai 34% proyeksi kinerja, tetapi cost of fund akan membuat Net Interest Margin (NIM) perseroan mengalami perbaikan menjadi 3,4% atau naik 25 bps (yoy) pada smester I-2021.
Bukan hanya itu, lanjut dia, terdapat prospek lainnya seiring pertumbuhan segmen KPR subsidi pada bank tersebut yang mencapai angka 11% (yoy) sehingga mengerek penyaluran kredit perseroan sekitar 5,6%. Ini lebih tinggi dari dari bank Buku III lainnya.
"KPR BBTN masih bisa tumbuh di tengah kondisi yang sebenarnya cukup menantang saat ini," katanya.
Sebelumnya, Bank BTN dalam lamannya menyampaikan bahwa pihaknya mencatatkan bahwa per smester I tahun 2021, pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar 5,59% (yoy) Rp251,83 triliun menjadi Rp265,9 triliun.
Pertumbuhan tersebut tercatat berada jauh di atas rata-rata industri perbankan nasional. Data Bank Indonesia menghasilkan, pertumbuhan kredit industri perbankan nasional hanya tumbuh sebesar 0,45% yoy per Juni 2021.
"Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi motor utama penggerak penyaluran kredit Bank BTN dengan kenaikan sebesar 11,17% yoy menjadi Rp126,29 triliun per semester I 2021," demikian siaran pers di laman BBTN.
Selain itu, KPR Non-Subsidi juga tumbuh perlahan di level 0,90% yoy menjadi Rp80,59 triliun. Kredit konsumer non-perumahan juga tercatat meningkat di level 17,47% yoy menjadi Rp5,43 triliun pada semester I 2021.
Adapun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) nett-nya terekam terus membaik sebesar 54 bps ke level 1,87% di semester I 2021 dari 2,40%. Penurunan NPL tersebut juga disertai peningkatan pencadangan sebesar 1.282 bps dari 107,90% pada semester I 2020 menjadi 120.72% pada semester I 2021.
BBTN juga sukses menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 31,84% yoy menjadi Rp298,38 triliun pada semester I 2021 dari Rp226,32 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan DPK tersebut disumbangkan oleh kenaikan di seluruh segmen, yakni tabungan, giro, dan simpanan masing-masing sebesar 17,70% yoy, 15,06% yoy, dan 43,53% yoy per semester I/2021.
DPK tumbuh signifikan, Bank BTN berhasil mencatatkan penurunan beban bunga dengan menekan biaya dana (cost of fund/CoF) hingga 171 basis poin (bps). Peningkatan DPK juga menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun sebesar 2.216 bps hingga ke level 89,12% pada semester I 2021.