Home Ekonomi Sepi, Pedagang Sate di Sukoharjo Kibarkan Bendera Putih

Sepi, Pedagang Sate di Sukoharjo Kibarkan Bendera Putih

Sukoharjo, Gatra.com - Bendera putih dimaknai sebagai sebuah suasana berkabung. Hal ini dirasakan oleh seorang pedagang sate kambing Pak Kampek di Jalan Jenderal Sudirman, Sukoharjo, memilih mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah tidak kuat bertahan ditengah PPKM Level 4, Selasa (3/7).

Bendera putih tersebut dipasang Anggit Suseno (27) warga Klaruhan, Sukoharjo di sebuah tiang yang berdiri di depan lokasi warungnya. Tak hanya mengibarkan bendera putih, Anggit bersama istrinya, Ika Puri (29), juga membuat pernyataan sikap disebuah papan tulis ditujukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar mempedulikan nasib pedagang kecil seperti mereka.

"Pak Jokowi miris gak ya lihat warung-warung pada sepi gini? Solusi dong!" begitu bunyi ungkapan yang mereka tulis dipapan.

Lokasi warung Anggit hanya beberapa ratus meter dari Kantor Pemkab Sukoharjo, tepatnya di sebelah utara. Namun begitu, gencarnya distribusi bantuan sosial (bansos) yang digelontorkan pemerintah sejak beberapa hari terakhir, sama sekali belum pernah diterimanya.

"Sejak pemerintah memberlakukan yang namanya PSBB hingga sekarang berganti istilah PPKM Level 4, kami sama sekali belum pernah mendapatkan bantuan apapun. Sempat terpikir mau ke dinas sosial membawa KTP, tapi kami urungkan," ucapnya.

Anggit mengaku, semula punya mobil dan dua sepeda motor, salah satunya jenis trail terbaru. Namun seiring perjalanan waktu saat awal diterapkan PSBB, warung satenya mulai sepi. Untuk menyambung hidup dengan tiga anak, bungsu umur 4 bulan, nomor dua 1,5 tahun, dan sulung 3 tahun, mobil dan sepeda motor dijualnya.

"Sekarang yang ada tinggal satu sepeda motor butut untuk transportasi harian. Bahkan untuk modal usaha saja kami mulai gali lubang tutup lubang. Ya pinjam teman kesana-kemari. Kami tidak tahu lagi keadaan seperti ini kapan berakhirnya," ujarnya.

Diketahui, Anggit merupakan satu-satunya pedagang yang bertahan di tempat tersebut. Rumah yang disewa untuk membuka usaha ini pada awalnya ada lima pedagang kuliner, seperti siomay, dan makanan camilan khas anak muda. Namun sejak Pandemi melanda, satu persatu mereka berguguran tidak kuat bertahan. 

Sekarang, walaupun pemerintah sudah memberikan kelonggaran bagi pedagang, namun hal itu tidak lantas warung Anggit didatangi pembeli, kondisinya masih saja sepi.

Adanya penutupan jalan di beberapa lokasi dengan tujuan menurunkan mobilitas warga, dituding menjadi biang sepinya warung. Apalagi kalau malam hari, lampu penerangan jalan raya tidak menyala menambah situasinya seolah mencekam. 

Ditanya lebih jauh soal berapa nominal pendapatan yang diperolehnya selama berjualan di masa PPKM Level 4 ini, Anggit enggan menjawab. Yang pasti, dia mengaku kesulitan untuk bisa menutup modal dan membeli bahan jualan unjuk keesokan harinya.

"Kami jualan sehari dan kalau hasilnya bisa untuk nutup kulakan lagi aja, sudah syukur. Apalagi kami punya tiga anak yang masih kecil-kecil," tandasnya.

1138