Lombok Utara, Gatra.com- Proses pembelajaran tatap muka di Lombok Utara mulai diberlakukan, namun bersifat terbatas. Pengajar dan peserta didik harus menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Meski begitu, tidak menurunkan antusiasme siswa untuk belajar.
“Pelajaran ekstrakurikulerpun seperti di SMK Babussalam tetap kita perdalam dan perbanyak mata pelajaran ekstra seperti keterampilan tata busana. Setidaknya bekal keterampilan ataupun pengalaman yang diperoleh para santri/siswa bisa menjadi bekal mereka ke depannya karena telah memiliki kemampuan dan keahlian di bidang tata busana bila sudah berbaur kembali dengan masyarakat,” ujar Mas’ud tenaga pendidik di SMK Babussalam, kepada Gatra.com, Sabtu (31/7).
Dikatakan, minat peserta didik dalam keterampilan tata busana dari tahun ke tahun cukup tinggi. Minat tinggi ini tentu sangat penting, untuk membentuk jiwa wirausaha para siswa sebelum menamatkan pendidikannya. Di Lombok Utara, SMK Babussalam terbilang satu-satuya SMK yang membuka jurusan Tata Busana (menjahit). Hanya saja yang menjadi kendala saat ini masih terbatasnya pasilitas berupa mesin jahit bagi praktik busana bagi para siswa.
“Idealnya kita membutuhkan dua puluhan mesin jahit untuk bisa maksimal. Meski kita punya mesin jahit terbatas dan tidak sedikit juga mesin jahit bekas. Namun tidak menyurutkan semangat anak-anak kita untuk konsen menekuni pelajaran tata busana ini,” ujar Mas’ud.
Menurut Mas’ud, selama ini para siswa banyak diajarkan tata cara pembuatan pola pakaian dan langsung menjahitnya dengan mesin jahit yang sudah disiapkan. Sejak tiga tahun setelah dibukanya jurusan tata busana ini, produksi busana yang dihasilkan hanya untuk memenuhi kebutuhan pakaian seragam para santri baik putra maupun putri dalam setiap tahun ajaran baru.
“Kita juga tak sedikit mendapatkan pesanan dari luar. Namun ketersediaan sumber daya masih terbatas. Di samping itu juga karena para siswa juga harus fokus kepada pelajaran lainnya. Adanya pesanan dari luar ini tentu membuktikan hasil produk kita di Ponpes mendapatkan apresiasi dari luar terkait kualitasnya. Kita sementara hanya untuk memenuhi keutuhan internal saja di lingkungan Ponpes. Bahkan ke depan kita juga berencana memproduksi pakaian seragam serupa untuk santri Ponpes Babussalam lainnya se-Pulau Lombok,” kata Kepala Sekolah SMK babussalam Lombok Utara, Mujahidin.
Riantika siswi jurusan Tata Busana mengaku bangga mendapatkan tambahan pelajaran ekstra menjahit ini. “Saya senang belajar menjahit, nantinya bisa jadi bekal untuk kami buka usaha di kampung halaman selepas kami dari Pondok. Biasanya kakak-kakak kami yang sudah tamat mengajarkan ilmunya Kembali kepada adik-adiknya yang masih di Pondok,” tukas santriwati dari Sesait, Kayangan ini.