Jakarta, Gatra.com- Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Intan Suci Nurhati mengatakan, polusi laut yang paling tren adalah polusi plastik. "Kita dengar angka, Indonesia nomor 2. Penting kita berkaca apa yang terjadi disekitar kita," katanya dalam webinar Katadata dengan tema "Cantik dan Ramah Lingkungan, Mungkinkah?", Rabu (28/7).
Intan melanjutkan, data LIPI setiap hari terdapat 8,3 ton plastik mengalir ke Teluk Jakarta. Jika dilihat, plastik merupakan sampah yang persentasi paling tinggi dibanding sampah kayu dan lainnya. Hal itu menunjukkan perlu intervensi baik kerja sama swasta maupun masyarakat.
"Selain sampah plastik yang mencemari laut, ada sunscreen yang membunuh terumbu karang. Sunscreen berdampak ke karang dan lumba-lumba, itu tidak terpikir. Ingin melindungi dari matahari malah terdampak ke lumba-lumba," ujar Intan.
Karenanya, Intan mengajak penggunaan bahan alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati laut. Sebagai contoh bahan alternatif ramah lingkungan adalah teripang dan alga.
"Kita tetap cantik sehat dan ramah lingkungan. Be responsible consumer," kata dia.
Aktivis Lingkungan, Vanessa Budihardja Barus sepakat dengan hal itu. Ia menuturkan keprihatinan sampah plastik yang memenuhi Pantai Kuta pada Januari hingga Maret di awal tahun.
"Pantai Kuta heboh tertutup plastik, saya sedih. Januari sampai Maret enggak bisa jalan di Legian karena tertutup. Tiap tahun arus datang ke pantai itu," kata dia.
Kejadian tersebut membuat Vanessa yang juga pelatih fitnes untuk memperhatikan produk yang digunakan. Ia memprioritaskan produk yang alami, sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
"Banyak konsumen lebih melek mengenai clean dan sustainable beauty. Karena info di sosial media, banyak konsumen memilih produk ramah lingkungan karena refleksi personality. Jika saya pilih, pilihan clean and responsible. Saya senang karena banyak konsumen melek tentang ini," paparnya.
Laporan Nielsen, Sustainable Shoppers: Buy the Change They Wish to See in the World menyebut, 81% konsumen menghendaki kontribusi perusahaan untuk memperbaiki kondisi lingkungan sekitar. Kesadaran konsumen terhadap tanggung jawab lingkungan ini terutama di kalangan anak muda, milenial (85%) dan gen Z (80%).
Lebih dari 73% konsumen mengatakan siap beralih ke produk-produk yang lebih ramah lingkungan dan 41% menyatakan lebih memilih produk-produk berbahan alami dan organik.
Brand General Manager, Garnier Indonesia, Pandu Brodjonegoro mengatakan Garnier sebagai produsen kecantikan internasional sangat memperhatikan ini. Garnier bertanggungjawab untuk produk kecantikan yang diproduksi, konsumen yang menggunakan, dan bagaimana setelah produk digunakan agar tetap ramah lingkungan.
"Kami memiliki tanggungjawab ke masyarakat. Kami kampanye one green step. Kampanye pengejawantahan dari langkah kecil hijau yang bisa dilakukan seluruh elemen masyarakat agar berkontribusi terhadap lingkungan hijau," kata Pandu dalam webinar Katadata dengan tema "Cantik dan Ramah Lingkungan, Mungkinkah?", Rabu (28/7).
Menurut Pandu, kampanye one green step adalah salah satu upaya yang dilakukan Garnier untuk mengedukasi dan mengajak konsumen secara luas agar bijak menggunakan plastik.
Melalui kampanye one green step sebagai komitmen untuk green beauty, Garnier berkomitmen pada lima elemen, yaitu; pertama more solidarity sourcing untuk bahan baku yang ramah lingkungan.
Kedua, more eco-designed formula ini Garnier tidak menggunakan micro plastik dalam produk sejak 2017. Garnier membuat formula biodegradable dengan tisu mask. Ketiga more eco-designed packaging dengan beberapa produk sudah 100 persen menggunakan plastik daur ulang, contohnya kemasan produk sakura esssence.
Keempat, approved by cruelty free international dengan tidak menggunakan binatang sebagai uji coba.
"Sehingga kami adalah brand halal dari MUI. Lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan," ujar Pandu.
Kelima, Garnier melakukan more renewable sources. Garnier berkomitmen dalam penggunaan energi di pabrik Garnier pada 2022 adalah 100 persen karbon natural.
"Kami lakukan lima hal ini. Green beauty ada impact luar biasa jika dilakukan berkesimbambungan," paparnya.
Selain memperhatikan produk dan kemasan yang ramah lingkungan, Garnier juga bekerjasama dengan eRecycle. Program ini mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya program daur ulang dengan menyediakan aplikasi penjemputan sampah di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Saat ini terdapat 110 ribu konsumen Garnier yang peduli daur ulang sampah.
"Kami menargetkan 50 ton plastik didaur ulang secara tahunan. Sangat besar harapan kami agar konsumen melakukan one green step. Karena kondisi sampah plastik mengkhawatirkan," tutupnya.