Karanganyar, Gatra.com - Sebanyak 33 gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan poktan diberi hibah APBD senilai Rp1,1 miliar. Bantuan dari aspirasi bupati dan anggota DPRD Karanganyar tersebut jadi modal mereka di tengah sulitnya mencukupi kebutuhan bercocok tanam.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan (Dispertan PP) Karanganyar Siti Maesyaroh mengatakan 33 kelompok tani itu lolos verifikasi calon penerima dana hibah pertanian. Mereka sebelumnya mengusulkan diberi bantuan lewat komunikasi langsung ke bupati dan anggota DPRD di dapil masing-masing.
"Mereka mengaksesnya dari anggota dewan fraksi PDIP, PKS dan sebagainya. Ada juga yang langsung ke Pak Bupati. Usulan tersebut kami verifikasi. Tiap kelompok sudah harus masuk di data base Kementan. Selain itu, minimal tergabung ke kelompok selama setahun," kata Siti kepada wartawan di Karanganyar usai penyerahan secara simbolis hibah di rumah dinas bupati, Rabu (28/7).
Tiap kelompok diberi bantuan bervariasi mulai Rp10 juta sampai Rp50 juta. Penggunaannya juga sesuai permohonan seperti pembelian bibit padi, sarana produksi pertanian, alat produksi pertanian, budidaya jamur, hidroponik, tanaman hias, bawang merah dan sebagainya.
Siti mengatakan, penyaluran hibah diharapkan meningkatkan gairah para petani untuk bercocok tanam. Menurutnya, pertanian merupakan sektor urgen yang perlu dibantu pemerintah. Terutama di masa Pandemi Covid-19. "Supaya petani lebih bersemangat," katanya.
Selain memperketat seleksi penerima, pengawasan belanja barang juga sama. Dispertan PP menerjunkan tim pendamping penyusunan dan percepatan Spj hibah. "Semua nanti diperiksa BPK. Alhamdulilah untuk penyaluran sebelumnya tak bermasalah," katanya. Adapun pencairan dana melalui rekening kelompok di Bank Jateng.
Sementara itu Ketua Gapoktan Bangun Karyo Tani Desa Jati, Jaten, Wagiman mengatakan mendapat hibah Rp50 juta. Selanjutnya, akan dibelanjakan keperluan bertani 144 anggota. "Sesuai permohonan, untuk beli saprodi. Dapatnya segitu (Rp50 juta) harus dicukupkan," katanya.
Ia mengatakan seluruh kebutuhan pertanian sedang mahal. Misalnya pupuk urea non subsidi, cangkul, traktor dan sebagainya. Kondisi itu diperparah harga jual gabah anjok.
"Gabah basah yang dipotong treser Rp180 ribu per kuintal. Musim panen lalu masih Rp430 ribu per kuintal. Ini karena cuaca. Masih ada hujan di musim kemarau," katanya.
Menurutnya, hibah modal bercocok tanam lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Ia meminta pemerintah menyetabilkan kegiatan maayarakat supaya daya belinya bagus. "Percuma panen kalau yang beli tidak banyak. Kalau semua orang bisa bekerja, tentu lebih baik," katanya.