Home Ekonomi Donatur Jelantah, Bisnis Jelantah Berkonsep Donasi

Donatur Jelantah, Bisnis Jelantah Berkonsep Donasi

Solok, Gatra.com - Bagi sebagian orang, minyak goreng bekas atau jelantah hanyalah limbah. Namun, di tangan Ferdy Andika (29 tahun), jelantah merupakan produk bernilai ekonomis. Melalui Donatur Jelantah, pemuda Minang ini mengumpulkan jelantah sisa dari masyarakat atau donatur untuk diolah jadi biosolar.

"Jelantah dari donatur tidak didaur ulang menjadi minyak goreng. Kami bekerjasama dengan perusahaan pengolah minyak jelantah menjadi biodiesel," kata Ferdy kepada Gatra.com, Selasa (27/7).

Warga yang berdonasi jelantah disebut donatur. Mereka dibekali wadah penampungan. Ketika wadahnya penuh, warga bisa menyalurkan jelantahnya kepada relawan di daerahnya atau pos-pos pengumpulan jelantah di desa atau nagari.

Donatur Jelantah menarget pelaku UMKM dan rumah tangga sebagai donatur. Untuk donatur dari kalangan rumah tangga, nantinya mereka menerima imbal balik berupa barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan lainnya. Sedangkan untuk donatur segmen UMKM yang biasanya menyetor jelantah dalam jumlah besar, Donatur Jelantah membeli minyak bekas mereka.

"Tahun ini kami menyasar jemaah masjid dan surau untuk mendonasikan jelantahnya," Ferdy bercerita.

Ia menuturkan sebagian keuntungan juga disisihkan untuk beasiswa pendidikan untuk anak-anak kurang mampu di daerahnya.

Ide membangun Donatur Jelantah berawal dari pengalaman Ferdy melihat pengelolaan jelantah di lingkungannya. Ia melihat banyak warga yang kebingungan membuang jelantahnya. Akhirnya, minyak goreng bekas itu dibuang sembarangan. Hal ini karena masyarakat belum banyak tahu tindakan tersebut mencemari lingkungan.

Akhirnya, pada Juni tahun lalu ia membentuk Donatur Jelantah di Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Dengan mengusung konsep wirausaha sosial (sociopreneurship), Donatur Jelantah tak semata mencari profit, tetapi juga memberi manfaat sosial.

Sembari mengumpulkan jelantah, Ferdy dan relawan Donatur Jelantah biasanya mengedukasi para donatur tentang bahaya mengonsumsi jelantah bagi kesehatan.

"Kalau dipakai berulang bisa meningkatkan risiko kaker, jantung dan obesitas," ujarnya.

Mereka juga meminta warga untuk tidak membuang jelantah sembarangan ke tanah maupun sungai. "Minyak bekas yang dibuang ke saluran air akan menghambat laju cahaya matahari. Akibatnya, pertumbuhan mikroba di dalam air menjadi terhambat," ungkapnya.

Untuk menjangkau para donatur di luar Solok, Ferdy dibantu relawan dari kalangan pemuda dan mahasiswa melalui skema konsorsium. Tahun ini, pengumpulan jelantah merambah ke Kabupaten Dharmasraya lewat Komunitas Pemuda Pengumpul Jelantah (KPPJ) Dharmasraya, serta Kabupaten Sijunjung melalui Kadar Jelantah Sijunjung.

"Kami berharap tahun depan semakin banyak daerah di Sumatra Barat yang bisa kami jangkau," katanya.

436

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR