Jakarta, Gatra.com- Ketua Persatuan Gereja-Geraja di Papua, Pdt. Metusalah P.A Mauri menegaskan bahwa kondisi tanah Papua sangat damai dan terus membangun. Hanya saja, adanya propaganda dan beredarnya hoaks (berita palsu) telah memunculkan berita negatif di permukaan.
Menurutnya adanya konflik di Papua membuat semua saudara dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas sampai Rote prihatin. "Karena kita satu Bangsa, bahasa dan tumpah darah. Kalau ada yang merasa sakit, semua merasa sakit, meski berbeda kita tetap satu dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)," ujarnya dalam webinar “Konflik Keamanan di Papua dan Solusinya yang diselengarakan Moya Institute, Jumat (23/7).
Menurut Mauri, permasalahan atau konflik keamanan di Papua karena adanya kelompok separatis. Dengan kondisi tersebut, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) turun tangan untuk menangani masalah keamanan.
Dia menambahkan, salah satu solusinya adalah dengan menginventarisir masalah atau isu di Papua. "Misalnya adanya isu politik, dana otsus (otonomi khusus) ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, Freeport. Isu itu perlu diinventarisi," jelasnya.
Dengan data yang akurat, maka akan bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik. "Tentu dengan menggunakan hati nurani, cinta juga dengan Papua dan peradaban nusantara sebagai bagian dari anak bangsa," terang Mauri.
Dia mengungkapkan, solusi terbaik juga dengan duduk bersama orang Papua dan orang yang berseberangan. Menurutnya, upaya tersebut bisa menjadi jalan untuk mencari solusi.
"Kami di Papua sangat damai dan cinta orang lain serta hidup berdampingan bersama-sama. Mereka ada dari gunung, pesisir pantai, dan lainnya. Ibaratnya, Papua adalah miniatur mini Indonesia semua suku ada," jelas Mauri.
Berbagai etnis ada, mulai dari Jawa, Bali, Maluku, Kalimantan, Sunda, Sulawesi dan lainnya. "Kami di Papua sangat mencintai dan hargai tiap orang datang dan berdamai. Kita berharap agar Pemerintah memberikan pengajaran tentang kewarganegaraan seperti P4 di tingkat SD (sekolah dasar) sampai SMA (sekolah menengah atas) agar kecintaan kepada Negara Indonesia terus ditanamkan," papar Mauri.
Dia menyesalkan banyaknya propaganda dan isu hoaks yang beredar di Papua. Menurutnya, mereka yang masuk atau termakan propaganda biasanya Kelompok baru tahu politik, kelompok ikutan berpolitik, belum tahu sejarah Papua masuk NKRI.