Jakarta, Gatra.com - Relawan LaporCovid-19, Yemiko Happy, mengatakan Koalisi Warga LaporCovid-19 mendapatkan laporan soal stigma ketika pandemi virus corona masih menyerang Tanah Air.
"Stigma cukup besar dan salah satu hal yang cukup menghambat penanganan pandemi ya," ujar Yemiko, melalui Zoom saat konferensi pers bertajuk "Evaluasi PPKM Darurat 3-20 Juli 2021", yang disiarkan langsung lewat kanal YouTube Lapor Covid 19 pada Kamis, (22/7).
Menurut laporan yang diterima LaporCovid-19, terang Yemiko, stigma paling besar itu dihadapi oleh perempuan yakni sebesar 59 persen. "Dengan begitu banyak macam yang harus mereka tanggung, mereka juga mendapatkan stigma, mereka sudah positif [COVID-19], sudah mendapat stigma. Sehingga mereka multi burden [beban ganda], begitu," sambungnya.
Begitupun dengan laki-laki, yang mana juga memperoleh stigma serta persentasenya adalah 41 persen. "Tetangga dan saudara di sekitar rumah kami masih sangat melihat orang yang sakit Covid sebagai aib. Yang sakit akan dikucilkan dan dijadikan bahan pembicaraan. Tidak banyak yang dilakukan pihak RT [Rukun Tetangga] dan RW [Rukun Warga] atau perangkat kampung. Tetapi stigma ini tentu jadi silent killer bagi kami, yang sedang berjuang untuk sembuh," tulis salah seorang warga yang melapor ke Koalisi Warga LaporCovid-19, Surabaya, (8/7).
"Saya akan segera menikah. Di desa saya, mengizinkan adanya resepsi pernikahan meskipun dengan prokes [protokol kesehatan]. Alhasil, orang tua saya bersikeras mengadakan resepsi. Saya adalah nakes [tenaga kesehatan]. Tapi sungguh susah merubah pemikiran orang tua saya. Padahal saya hanya ingin cukup akad saja demi kesehatan dan keamanan bersama. Namun mereka sulit sekali diberi pengertian. Saya benar-benar stres. Saya yang lebih tau kondisi lapangan, namun mereka cukup egois. Saya harus bagaimana? Menunda akad tidak mungkin. Sepertinya kalau pihak desa benar-benar tegas dan disiplin, mereka baru jera. Saya bingung," jelas warga lain yang juga melapor, Jombang, Jawa Timur, (18/7).
Selain itu, Yemiko mengatakan bahwa LaporCovid-19 pun menerima satu laporan adanya kekerasan kepada orang yang mengingatkan terkait prokes ke keluarganya. Di mana ada seorang paman yang melakukan tindak kekerasan terhadap sepupunya, karena mengingatkannya untuk menggunakan masker. "Sampai terluka pada waktu itu," tuturnya.
"Itu menunjukkan, bahwa sebenarnya persoalan stigma tidak bisa kita pandang enteng selama pelaksanaan pembatasan sosial ini," imbuh Yemiko.