Karanganyar, Gatra.com- Baznas Kabupaten Karanganyar memastikan dana bantuan sosial (bansos) tunai ke PKL terdampak PPKM darurat bersumber donasi umat. Saat pembagian bansos, PKL menerimanya dalam amplop tertutup dan tercetak nama H Drs Juliyatmono MM dan Siti Khomsiyah A.Md.
Saat dikonfirmasi mengenai nama dirinya dan istri yang tercetak di amplop bansos, Bupati Karanganyar Juliyatmono menganggap hal itu kekeliruan. Menurutnya, tak ada unsur kesengajaan apalagi tujuan tertentu. Sekadar informasi, Juliyatmono selain menjabat bupati juga Sekjen Partai Golkar Jawa Tengah. Sedangkan istrinya menjabat Ketua Fraksi Golkar DPRD Karanganyar.
"Soal amplop itu, anggap saja kekeliruan. Enggak apa-apa. Saya sudah suruh menggantinya. Sebab dulu (pembagian bansos tunai ke PKL) juga begitu (pakai amplop bertuliskan nama bupati)," kata Bupati Karanganyar Juliyatmono kepada wartawan di rumah dinasnya, Rabu (21/7).
Ratusan PKL, juru parkir dan jasa bongkar muat tenda menerima masing-masing Rp300 ribu. Itu kompensasi PPKM darurat atas sterilisasi area vital dari aktivitas jualannya. Sasaran pembagian ke mereka yang berlapak non permanen dan penyetor retribusi jualan di Taman Pancasila, Alun-alun Kota Karanganyar, Pujasera Cangakan, sekitar GOR 45 dan Kauman.
Dinas Perdagangan Tenaga Kerja Koperasi dan UKM bertugas membagikannya dengan terlebih dulu kroscek persyaratan seperti KTP, bukti telah divaksin Covid-19, KK, surat domisili serta KTA PKL. Baru Kemudian petugas memberikan amplop tercetak nama bupati dan istrinya.
Ketua Baznas Karanganyar Sugiarso membenarkan pihaknya mengeluarkan dana bansos untuk kompensasi PPKM darurat tertuju PKL Rp300 juta. Ia memungkinkan adanya dana lanjutan bagi mereka.
"Iya benar. Dana bansos kemarin dari Baznas. Nominal Rp300 juta. Dibagikan Pemda. Ada perjanjian serah terima dana yang ditandatangani Bupati Karanganyar selaku Ketua Satgas Covid-19 Kabupaten Karanganyar," katanya.
Sementara itu Kepala Disdagnakerkop Karanganyar, Martadi mengaku kurang paham ihwal uang bansos tunai ke PKL yang diselipkan di dalam amplop bercetak nama bupati dan istrinya. Setahu dirinya, teknis pembagian ditangani staf kantor.
"Yang memasuk-masukkan uang itu staf. Saya kaget waktu ditanya wartawan mengapa amplopnya tercetak nama bupati dan istri. Langsung saya ke belakang (tempat pembagian bansos) dan meminta dihentikan dulu. Lalu amplopnya diganti," katanya.