Yogyakarta, Gatra.com - Budaya masyarakat Jawa, 'mangan ora mangan asal ngumpul', semestinya dihindari oleh warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah, apalagi jika rumah tersebut tak memenuhi syarat.
Hal itu disampaikan Kapolri Listyo Sigit Prabowo usai menemui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta di kompleks Pemda DIY, Kota Yogyakarta, Sabtu (17/7). Kapolri datang bersama Menteri Kesehatan, Panglima TNI, dan Kepala BNPB.
Kapolri menyatakan pertemuan tersebut membahas sejumlah strategi menghadapi laju Covid-19 yang masih tinggi di DIY, termasuk kepatuhan warga di masa PPKM Darurat dan penerapan protokol kesehatan (prokes).
"Kepatuhan masker di beberapa wilayah mencapai 94%, namun ada satu wilayah angkanya di bawah 80%. Tentu ini jadi tantangan untuk masyarakat Yogya. Kunci mencegah Covid itu patuh pada prokes," ujarnya.
Penderita Covid-19 dengan gejala ringan dan sedang juga harus isoman di selter atau di rumah. Listyo menjelaskan pemerintah telah menyiapkan sejumlah fasilitas isoman terpusat.
Hal ini karena rumah sakit difokuskan untuk menangani pasien dengan gejala berat. "Tempat isolasi terpusat 49% masih ada sisa. Ini bisa dimanfaakan. Tapi masyarakat pilihannya di rumah," ujarnya.
Kapolri mengingatkan warga yang menjalani isoman untuk berkoordinasi dengan satgas Covid-19 setempat untuk mendapat pendampingan. Rumah warga tersebut juga harus dicek kelayakannya sebagai tempat isoman.
"Saya orang Yogya, memang ada semboyan mangan ora mangan asal ngumpul. Tapi kalau sakit, tempat isoman tidak sesuai, lebih baik geser ke tempat isolasi terpusat yang disediakan. Itu akan jauh lebih baik," tuturnya.
Ungkapan 'mangan ora mangan asal ngumpul', atau makan tak makan asal dapat kumpul, menjadi pandangan umumnya orang Jawa untuk berkumpul bersama keluarga atau sanak saudara kendati dalam kondisi susah.
Sebelumnya Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan Yogyakarta memiliki sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan. Selama merdeka, Indonesia menghadapi berbagai kesulitan tapi bisa dihadapi tanpa putus asa.
"Dengan semangat orang Yogyakarta yang paling berkontribusi dalam kemerdekaan, saya yakin kita pasti bisa dalam perang menghadapi virus," tuturnya.
Adapun Panglima TNI Hadi Tjahjono memaparkan strategi ofensif dan defensif dalam 'perang' melawan Covid-19. Strategi defensif atau bertahan melalui penerapan prokes dan vaksinasi.
"Penggunaan masker jadi faktor utama di hulu. 55 RT di DIY masih status (zona) merah akan kami intervensi untuk prokes ketat pemakaian masker," tuturnya.
Menurutnya, vaksinasi 140 ribu orang per hari akan ditingkatkan hingga 500 ribu demi mengejar kekebalan bersama. "Program Menkes dengan strategi ofensif melalui test, tracing dan treatment yang terus berbarengan dengan strategi defensif," ujarnya.
Selain itu, warga yang isoman akan diberi paket obat gratis sesuai perintah presiden. "Strategi-strategi ini untuk menekan angka kasus aktif harian dan angka kematian," kata Panglima TNI.