Jakarta, Gatra.com - Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan optimis bahwa ibu kota Jakarta bisa mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) pada akhir bulan Juli ini.
Epidemiolog asal Griffith University Australia, Dicky Budiman, berpandangan sebaliknya. “Herd immunity ini masih belum bisa kita jawab saat ini, apalagi dengan munculnya varian-varian baru,” ujar Dicky kepada Gatra.com, Jumat, (16/7).
Belum lagi cakupan vaksinasi yang mendekati prosentase 70% di Jakarta itu baru vaksinasi dosis pertama. “Engga bisa kalau bicara herd immunity itu terus satu dosis vaksinasi saja. Harus dua kali. Enggak bisa cuma satu kali. Harus dua kali dan harus juga punya efikasi mencegah penularan,” imbuh Dicky.
Dicky tak menyangsikan target cakupan vaksinasi sebesar 70% di Jakarta itu. Hanya saja, ia tak sekonyong-konyong yakin bahwa kekebalan kelompok akan segera tercapai dalam waktu dekat. Alasannya adalah tingginya angka reproduksi varian Delta yang dinilai lebih ganas dari varian-varian sebelumnya.
Luhut pun sebetulnya mengatakan hal yang senada pada konferensi pers kemarin mengenai betapa ganasnya varian yang berasal dari India ini. “Hampir semua sekarang di Jawa ini, kalau gak boleh saya katakan, ya semua itu dikontrol oleh varian Delta di mana varian Delta ini, menurut yang saya baca, hampir enam kali lebih cepat [menular] dari varian Alpha atau dengan [varian virus lain selama] PSBB 1 atau PSBB 2,” ujarnya.
Dicky berpandangan bahwa dengan munculnya varian Delta ini, impian Indonesia—khususnya Jakarta dalam konteks ini—untuk mencapai kekebalan kelompok akan sulit tercapai dalam waktu dekat. “Kemudian kalau bicara cakupan juga kan kita juga bicara bahwa cakupan ini mau ke mana? 80%? 85%? 90%? Semakin tinggi angka reproduksi dari varian yang ada bersirkulasi, makin tinggi [cakupannya]. Kalau sekarang Delta variant ya harus di atas 85% sebetulnya,” tuturnya.
“Jadi sekali lagi kalau angka threshold-nya, ambang batasnya, ya menurut saya sekarang itu masih bervariasi antara 80%-90%. Jadi kalau lihat varian baru Delta ini yang luar biasa angka reproduksinya,” imbuh Dicky.
Belum lagi, Dicky juga mengungkapkan bahwa varian Delta bisa menurunkan efikasi vaksin-vaksin yang sudah beredar saat ini. Padahal, ia menyebut, efikasi vaksin adalah salah satu penentu apakah kekebalan kelompok bisa tercapai atau tidak.
“Tadinya kalau engga ada varian Delta, kita agak lebih optimis, ya, tapi sekarang menjauh. Menjauh ini herd immunity-nya karena dia menurunkan efikasi [vaksin], bahkan orang yang sudah divaksinasi penuh pun kan terinfeksi, gitu,” tutur Dicky.
Walau demikian, Dicky tetap mengingatkan bahwa penyuntikan vaksin tetap perlu dilakukan, sekalipun efikasinya terkikis oleh keganasan varian Delta. Namun, ia juga berpesan agar vaksinasi tak hanya menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai kekebalan kelompok.
“Ujung tombaknya itu tetap harus public health-nya itu, yang 3T itu, dan vaksinasi ada di situ, melengkapi. Kalau salah kita menempatkan, bisa terjadi muncul varian-varian baru, vaksin di lapangan diulang lagi. Booster lagi, booster lagi. Nah, ini yang artinya karena kita salah menempatkan mana yang prioritas.Prioritas kita tetap harus 3T,” pungkas Dicky.
Seperti diketahui optimisme Luhut tersebut diungkapkan lewat pemaparan dalam konferensi pers yang digelar secara daring Kamis kemarin, 15 Juli 2021. Ia memaparkan bahwa cakupan vaksinasi dosis pertama di Jakarta sudah mencapai 65,18% meski cakupan vaksinasi dosis kedua baru mencapai 22,86%.
“Cakupan vaksinasi per provinsi terus meningkat. Bali yang tertinggi, kemudian Jakarta. Jakarta tuh sudah 65%. Jadi ini kita harapkan kalau Jakarta sampai 70%, kami harapkan nanti mulai dekat herd immunity,” ujar Luhut dalam konferensi pers tersebut.
Luhut mengklaim bahwa Indonesia telah mengamankan stok vaksin sementara sejumlah 480,7 juta dosis. Ia pun menargetkan vaksinasi pada bulan Juli ini bisa mencapai satu juta penyuntikan sehari. “Saya harus laporkan kadang-kadang bisa satu juta, satu juta lebih, kadang-kadang di bawah. Jadi kita masih ingin 31 juta disuntikan bulan ini,” jelas Luhut.