Jakarta, Gatra.com - Empat pekan lalu, Israel telah merayakan kembalinya kehidupan normal dalam pertempurannya melawan virus corona. Namun seusai adanya upaya vaksinasi cepat yang menurunkan infeksi dan kematian akibat COVID-19, warga Israel malah berhenti memakai masker dan mengabaikan semua aturan jarak sosial.
Kantor berita Reuters melaporkan pada Selasa, (13/7) bahwa di negara tersebut muncul varian Delta yang lebih menular. Dan dengan adanya lonjakan kasus virus menular itu memaksa Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, untuk menerapkan lagi beberapa pembatasan COVID-19 serta memikirkan strategi kembali.
Di bawah apa yang ia sebut sebagai kebijakan "penekanan yang lunak", pemerintah ingin orang Israel belajar hidup dengan virus. Di mana, melibatkan pembatasan sesedikit mungkin dan menghindari penguncian nasional keempat yang dapat membahayakan ekonomi lebih lanjut.
"Menerapkan strategi akan memerlukan pengambilan risiko tertentu, tetapi dalam pertimbangan keseluruhan termasuk faktor ekonomi, ini adalah keseimbangan yang diperlukan," kata Bennett pada pekan lalu.
Strategi tersebut telah menarik perbandingan dengan rencana pemerintah Inggris untuk membuka kembali ekonomi Inggris dari penguncian, meskipun Israel sedang dalam proses memulihkan beberapa pembatasan dan sementara Inggris sudah mencabut pembatasannya.
Untuk diketahui, pembatasan di Israel telah dipulihkan termasuk wajib memakai masker di dalam ruangan dan karantina untuk semua orang yang tiba di negara tersebut. Akan tetapi, kata Kepala Kesehatan Masyarakat di Kementerian Kesehatan Israel, Sharon Alroy-Preis pada Kan Radio Minggu, (11/7) justru Kementerian Kesehatan menganjurkan lebih banyak lagi dorongan untuk membendung infeksi virus corona.
"Mungkin tidak akan ada peningkatan besar pada orang yang sakit parah, tetapi harga dari membuat kesalahan seperti itu adalah yang mengkhawatirkan kami," katanya.