Karanganyar, Gatra.com - Seorang pemuda asal Kecamatan Kerjo, Karanganyar, Jawa Tengah berinisial W (19) disanksi mengangkut jenazah pasien Covid-19 sekaligus mengikuti pemulasaran, usai komentarnya di media sosial menuai protes dari para sukarelawan kemanusiaan. Sebelumnya, pemuda itu di akun facebooknya menulis kematian seorang sukarelawan yang terpapar Covid-19, "hanya settingan".
Di sebuah akun Facebook Info Wong Karanganyar (IWK) , Komunitas sukarelawan kemanusiaan PoloKendho mengunggah pemakaman prokes seorang sukarelawan dan menyampaikan duka cita mendalam, pada Senin (13/7). Unggahan tersebut awalnya mengundang banyak simpati dari mayoritas penulis komentar. Mereka mendoakan arwah diterima disisi-NYA sekaligus menyemangati personel kemanusiaan lainnya agar tetap bersemangat menjalankan misi di masa pandemi.
Namun W justru sebaliknya. Selain menulis setingan yang bagus, ia juga menimpali dengan komentar kurang menyenangkan yakni "selamat kalian semua kena prank".
Menanggapi hal itu, komunitas sukarelawan yang merasa tersinggung, langsung mencari keberadaan W. Setelah ketemu, W diklarifikasi maksud menulis demikian di tengah suasana duka. Beruntung aparat kepolisian setempat menengahi problem itu. W dan komunitas dipertemukan di Mapolsek pada Senin kemarin.
"W masih dalam pembinaan. Kemarin, dia dengan PoloKendho serta relawan Kerjo, dimediasi di Mapolsek. Ia diklarifikasi mengapa membuat tersinggung dengan komentarnya. W mengakui ia khilaf dan mengaku bersalah," kata Kapolsek Kerjo, AKP Murtiyoko
Selain itu, W meneken pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya di kemudian hari.
Sementara itu Forum Sukarelawan perwakilan Kecamatan Kerjo, Adiyta mengatakan perkara itu tak selesai hanya dengan W membuat surat pernyataan. W menyanggupi tanpa keterpaksaan untuk membantu proses pemulasaran jenazah pasien Covid-19 pada Selasa siang tadi.
"Ada pemulasaran jenazah di Desa Tawangsari. Dia memutuskan ikut bergabung. Kami tidak memaksanya," katanya.
Lantaran tanpa pengalaman, W diberi kursus singkat memulasara jenazah sekaligus cara mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap selayaknya personel pemulasara. Diceritakan Aditya, W ikut mengusung jenazah dari rumah duka menuju mobil ambulans. Sesampainya di makam, W membantu menurunkan jenazah sampai ke liang lahat.
W tak sampai ikut memandikan dan mengkafani. Ia cukup menyaksikan saja. Ia tak melepas APD saat itu. Kami juga mewanti-wanti jangan lepas APD, katanya.
Aditya melanjutkan, W mengaku kapok menyulut emosi para sukarelawan kemanusiaan. Menurutnya, para sukarelawan mempertaruhkan kesehatannya demi membantu sesama. Bahkan sudah banyak rekannya menemui ajal karena terinveksi. Demi misi kemanusiaan, para sukarelawan berburu oksigen medis, penyemprotan disinfektan, mengantar pasien ke rumah sakit hingga menguburkan jenazah.
"Saya sempat tanya ke W bagaimana perasaannya usai ikut kerja dengan relawan. Katanya, ternyata berat juga kerja relawan. Terutama memulasara jenazah. Pakaian APD yang dikenakan panas dan pengab," tuturnya.