Sleman, Gatra.com - Anggota tim peneliti dan pengembang GeNose C19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Dian Kesumapramudya Nurputra, menyebut enam negara maju turut mengembangkan alat pendeteksi Covid-19 yang mirip GeNose.
"Saat ini Amerika Serikat, Israel, Singapura, Belanda, dan Perancis juga tengah mengembangkan alat yang serupa dengan GeNose C19," kata Dian dalam pernyataan tertulis, Selasa (13/7).
Dian menyatakan desain alat yang dikembangkan oleh negara-negara itu tidak sama persis dengan GeNose. Menurutnya, alat-alat tersebut mendeteksi ada tidaknya penularan Covid-19 lewat napas yang disemburkan langsung ke alat.
Secara umum, sistem semburan langsung ke alat memiliki kelebihan dan kekurangan dari sisi medis. "Itulah kenapa GeNose tidak menyembur ke mesin, melainkan melalui kantong," ucapnya.
Soal pengembangan teknologi inovatif, seperti diterapkan pada GeNose, Dian menyebutnya penuh tantangan. Metode breath analyzer atau breathalyzer di Indonesia untuk pemeriksaan penyakit belum terlalu populer di Indonesia.
GeNose membagi hasil uji sampel dalam empat kategori, yaitu positif lemah, positif kuat, negatif lemah, serta negatif kuat. Hasil tersebut berkaitan dengan kemungkinan waktu pasien terpapar Covid-19.
"Jika pengguna begejala dan sudah beberapa hari terpapar Covid-19, GeNose C19 akan membaca VOC dari sampel napas pengguna tersebut sebagai positif kuat," kata Dian.
Dian menyebut, GeNose C19 dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI dirancang untuk memberi pelayanan secara terjangkau pada masyarakat. Alat ini pun dirasa murah oleh banyak pihak dan murahnya tarif itu disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, kata Dian, harga GeNose sekitar Rp70 juta per unit dan dapat digunakan ratusan ribu kali. Dengan begitu, tarif layanan Genose berkisar Rp30 ribu-Rp50 ribu yang sangat terjangkau masyarakat. Bagi penyedia layanan, tarif murah tersebut juga menarik dari aspek bisnis.
Dian pun membantah selama PPKM Darurat, layanan pengujian GeNose dihentikan. Ia menyebut sektor industri saat ini masih mengoperasikan GeNose untuk mendeteksi Covid-19 di lingkungan industri. Sektor kesehatan dan korporasi juga masih menggunakan.
"Tidak digunakannya GeNose pada koridor transportasi bukan berarti alat ini tak lagi menjadi alat skrining Covid-19 alternatif di sektor-sektor lain," ujarnya.