Lahore, Gatra.com – Menyiasati situasi pandemi Covid-19 yang masih belum mereda, KBRI Islamabad gencar melakukan virtual business matching untuk memfasilitasi pertemuan para pengusaha UKM Indonesia dengan Pakistan.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk terus mencari peluang peningkatan kerja sama ekonomi bilateral antara Indonesia dan Pakistan serta memperkenalkan produk-produk potensial Indonesia kepada masyarakat bisnis Pakistan.
Sejalan dengan hal tersebut, pada 12-14 Juli 2021, KBRI Islamabad akan bekerja sama dengan Ecommerce Gateway Pakistan untuk menggelar Indonesia-Pakistan B to B Hybrid Meeting di kota Lahore.
Sebanyak 10 perusahaan UKM difasilitasi KBRI Islamabad untuk ikut serta dalam B2B meeting hybrid tersebut, yaitu CV Tri Anom Agrotektur, PT Hapole Otniel Internasional, PT Karawang Kreatif Mulia, Ultra Sakti Indonesia, PT Kino Indonesia, PT Global Portal Nusantara, CV Horizon Bintang Persada, PT Indo Ekspor Nusantara, PT Asrii Berkah Mandiri, dan Crovory Spices & Herbs.
"Meskipun pandemi berdampak pada pelemahan ekonomi hampir di semua sektor, namun transformasi digital telah menciptakan nuansa promosi produk Indonesia ke luar negeri lebih efesien dan tidak kalah pikat minat pembeli," tutur Dubes RI untuk Pakistan, Adam M. Tugio.
B to B meeting yang dilakukan secara hybrid sehingga para buyer Pakistan hadir dalam satu ruang khusus yang disediakan oleh KBRI, dan di saat yang bersamaan eksportir Indonesia terkoneksi secara virtual, telah memantik potensi transaksi sebesar Rp70 miliar.
"Gencarnya KBRI Islamabad mempromosikan produk UKM Indonesia, baik pada Virtual Expo 5 April 2021 lalu dan B to B Hybrid Meeting kali ini, telah mengubah pandangan pebisnis Pakistan terkait potensi besar Indonesia sebagai alternatif sumber impor yang dibutuhkan Pakistan," ujar Uzair Nizam dari Ecommerce Gateway Pakistan.
Ecommerce Gateway Pakistan berpengalaman sebagai mediator business matching dan memiliki jejaring dengan calon buyer, distributor, dan importir terbesar Pakistan serta memiliki cukup pengalaman dalam mengatur business matching dengan perwakilan asing di Pakistan.
Pada acara yang dibatasi oleh sekitar 100 pelaku bisnis karena adanya ketetapan penerapan protokol kesehatan tersebut, KBRI Islamabad juga meresmikan portal perdagangan digital Indonesia-Pakistan. Portal digital ini berperan sebagai salah satu sarana yang tepat guna di masa pandemi Covid-19 untuk memulihkan ekonomi nasional kedua negara.
"Diharapkan masyarakat bisnis Indonesia dan Pakistan dapat mengakses portal digital tersebut untuk memperoleh informasi dan proses layanan yang diperlukan, termasuk inquiry bisnis, pariwisata, direktori eksportir dan importir, serta berbagai potensi dagang yang mutualis bagi kedua negara," terang Syarif Shahabudin, Pelaksana Fungsi Ekonomi KBRI Islamabad.
Adam kemudain menyebut bahwa meskipun dalam neraca perdagangan bilateral tahun 2020 Indonesia menikmati surplus USD2,1 miliar, hal tersebut masih didominasi oleh ekspor minyak sawit (76%).
“Sehingga upaya mendiversifikasi produk ekspor ke Pakistan perlu terus digencarkan melalui berbagai cara, salah satunya B to B meeting secara hybrid ini", lanjut Dubes Adam M. Tugio.
KBRI Islamabad, pejabat Provinsi Punjab, dan kalangan bisnis yang hadir sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi.
"Saatnya kini untuk melihat Indonesia tidak sebatas satu negara, namun sebagai pintu masuk menuju pasar ASEAN yang menjanjikan dan melihat Pakistan sebagai pintu masuk menuju Pasar Asia Selatan, Tengah, dan Tiongkok yang dinamis," kata Dubes Adam M. Tugio.
Upaya menggenjot ekspor menjadi tantangan tersendiri di masa pandemi Covid-19. Pasalnya, banyak pameran internasional diundur atau dibatalkan pada tahun 2021 ini. Meski demikian, KBRI Islamabad tetap melakukan upaya promosi.
Meningkatnya hubungan ekonomi dan perdagangan RI-Pakistan adalah imbas positif setelah diterapkannya Preferential Trade Agreement (PTA) pada 2013 secara efektif.
PTA membuka akses pasar yang besar bagi produk CPO RI. Dengan demikian, produk-produk CPO RI memiliki pangsa pasar terbesar di segmennya.
Bagi Pakistan sendiri, pemberlakuan PTA membuka jalan mereka untuk memasukan jeruk Kinnow di Indonesia. Walaupun dari sisi neraca perdagangan Indonesia dinilai lebih diuntungkan, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Pakistan berdagang dengan Indonesia.
Dalam rangka memperluas dan diversifikasi hubungan ekonomi dan perdagangan, Indonesia dan Pakistan melakukan perundingan Trade in Goods Agreement (TIGA). Neraca perdagangan pada 2020 mencapai USD 2,5 miliar (Rp35,5 triliun) dengan surplus untuk Indonesia sebesar US$2,1 miliar (Rp29,8 triliun) atau meningkat 8% dari tahun 2019 yang mencapai US$2,3 miliar (Rp32,7 triliun) dengan surplus sebesar US$1,9 miliar (Rp27 triliun).