Home Gaya Hidup Lelah Jenazah Covid Meningkat, Relawan Tidur di Pemakaman

Lelah Jenazah Covid Meningkat, Relawan Tidur di Pemakaman

Kendal, Gatra.com - Seiring meningkatnya jumlah kasus meninggal dunia karena terpapar, relawan pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 harus berjibaku siang dan malam, bekerja demi kemanusiaan 24 jam nonstop. Terkadang, dengan banyaknya jenazah yang harus dikebumikan, hilang waktu untuk beristirahat.
 
Tak jarang, dengan berkurangnya waktu istirahat dalam tugas yang dijalani 24 jam penuh, sekedar memejamkan mata untuk mengusir rasa kantuk yang teramat dirasa, tidur di tengah pemakaman beberapa menit sering dilakukan sambil menunggu jenazah yang dibawa ambulans tiba di pemakaman.
 
Kejadian seperti ini hampir dialami sebagian besar relawan pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19. Seperti yang dialami Alfian Nur Cahya, 25, seorang relawan pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
 
Pria warga RT 1 RW 4 Desa Karangayu Kecamatan Cepiring yang telah bergabung menjadi relawan pemulasaraan dan pemakaman jenazah Covid-19 di PMI Kendal sejak awal pandemi. Ia mengaku, setiap hari selalu standby di PMI Kendal untuk melakukan pemulasaraan dan pemakaman jenazah covid-19.
 
Meski waktu bermain dan nongkrong dengan teman sebayanya menjadi berkurang setelah resmi menjadi relawan, namun ia mengaku bangga bisa melakukan pekerjaan sosial, membantu sesama tanpa rasa pamrih untuk mendapatkan imbalan. "Bisa bekerja atas nama kemanusiaan bagi saya adalah sesuatu yang sangat membanggakan," kata Alfin saat ditemui di kantor PMI Kendal, Senin (12/7).
 
Selain rasa bangga, Alfian juga menceritakan berbagai duka yang harus dialami saat mendermakan diri dalam aksi kemanusiaan. Cacian dari masyarakat yang masih belum percaya dengan covid-19 harus diterima saat memakamkan jenazah. "Cacian dari masyarakat ya pernah kita terima. Tapi yang paling menakutkan itu kalau sampai kita ikut terlular," terangnya.
 
Rasa was-was tertular SARS Cov-19 kerap membayangi dirinya, namun semua itu ditepis dengan rutin mengonsumsi makanan bergizi dan minum suplemen.
 
Ia mengatakan, selama pandemi, jenazah covid-19 yang harus ditangani dalam sehari semalam pernah mencapai 30 jenazah. "Paling banyak dalam sehari melakukan pemulasaraan dan pemakaman 30 jenazah. Tapi sekarang jumlahnya sudah mulai berkurang. Saat ini, dalam setiap harinya rata-rata 10 sampai 15 jenazah," paparnya.
 
Lanjut Alfian, titik terberat yang harus dijalani selama menjadi relawan adalah wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap selama proses pemulasaraan hingga pemakaman. Kerja ini dilakukan tak jarang hingga dini hari. "Malam-malam kalau ada tugas ya kita langsung berangkat. Terkadang pemakaman hingga dini hari karena hrus menunggu jenazah yang datang dari luar kota ataupun dari luar propinsi," terang Alfian.
 
Koordinator pemulasaraan dan pemakaman PMI Kendal, dr H Agus Soewondo mengatakan, saat ini PMI Kendal memiliki 28 relawan pemulasaraan dan pemakaman jenazah covid-19, kurang 15 sampai 20 orang relawan dari jumlah ideal yang harus dimiliki sebanyak 50 relawan. "Mereka telah mendapat pelatihan dalam menangani jenazah covid-19," ujarnya.
 
Ia berharap, masyarakat bisa saling membantu relawan. Pasalnya, apa yang telah dilakukan relawan telah sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur), sehingga jenazah covid-19 langsung dibawa ke pemakaman tanpa mampir ke rumah yang berduka. "Ini harus dipahami agar tidak terjadi kesalah pahaman antara masyarakat dan relawan," tandasnya.

 

 
1182