Port-au-Prince, Gatra.com – Kepolisian Haiti telah mengidentifikasi 28 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Mereka terdiri dari 26 warga Kolombia dan 2 warga Amerika Serikat (AS) keturunan Haiti.
Dilansir Reuters, Jumat (9/7), pihak berwenang sejak Rabu melacak tersangka pembunuhan berada di Petionville, tak jauh dari tempat kejadian perkara. Polisi berhasil membekuk sejumlah tersangka setelah baku tembak yang berlangsung hingga larut malam.
Kepala Kepolisian Nasional, Charles Leon mengarak 17 tersangka ke depan wartawan pada konferensi pers Kamis malam. Dia pun menunjukkan barang bukti berupa sejumlah paspor Kolombia, senapan serbu, parang, waklie-talkie, serta barang lain seperti pemotong baut dan palu.
“Orang asing datang ke negara kami untuk membunuh Presiden. Ada 26 orang Kolombia, yang teridentifikasi lewat paspor mereka, dan dua orang Amerika-Haiti,” ungkapnya.
Charles mengungkapkan tiga orang tewas dalam baku tembak dan delapan orang lainnya masih buron. Sementara itu, Menteri Pertahanan Kolombia, Diego Molano mengatakan informasi awal yang dia terima menunjukkan bahwa enam orang yang terlibat dalam serangan itu merupakan pensiunan anggota militer Kolombia. Dia menyatakan, Kolombia akan kooperatif dalam proses penyelidikan.
Di sisi lain, Menteri Pemilu dan Hubungan Antar Partai Haiti, Mathias Pierre mengatakan dua tersangka Amerika-Haiti telah teridentifikasi bernama James Solages (35 tahun) dan Joseph Vincent (55 tahun).
Namun, juru bicara Kemlu AS Ned Price belum bisa memastikan apakah ada warga AS termasuk di antara mereka yang ditahan atas pembunuhan Moise. Price menambahkan, AS tetap berhubungan secara teratur dengan pejabat Haiti dan otoritas investigasi untuk membahas bantuan yang dapat diberikan.
Price mengatakan Kedutaan Besar AS di Haiti membatasi pergerakan pegawai kedutaan dan anggota keluarganya hingga pemberitahuan lebih lanjut. Dia pun mewanti-wanti para politisi Haiti agar menjaga situasi tetap kondusif.
Hingga kini, kepolisian belum menetapkan motif pembunuhan itu. Pada Kamis, ratusan massa yang marah berkumpul di luar kantor polisi tempat para tersangka ditahan. Polisi pun meminta agar warga tidak main hakim sendiri.
Presiden Moise (53 tahun) ditembak mati di kediamannya, Port-au-Prince pada Rabu pagi (7/7). Setelah kematiannya, Perdana Menteri sementara Claude Joseph diakui sebagai pemimpin de facto oleh PBB sampai pemilihan presiden dan parlemen baru dapat diselenggarakan.
Pembunuhan Moise membuat situasi di negara yang tengah dilanda krisis itu makin tidak menentu. Joseph mendeklarasikan status darurat nasional selama dua pekan ke depan, sehingga memberi kepolisian kewenangan luas untuk menangkap para tersangka.