Pekanbaru,Gatra.com- Pengamat kesehatan masyarakat dari Universitas Riau, Ari Pristiana Dewi, menilai tahun ajaran baru yang akan dimulai pada Juli 2021 bakal memberi dampak tertentu pada orang tua murid.
Menurutnya pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama hampir dua tahun, dengan sendirinya berdampak pada pola hubungan orang tua dengan anak, dimana orang tua memainkan peran tambahan sebagai tenaga pendidik.
Pristi menilai peran tersebut dengan sendirinya ikut menjadikan orang tua sebagai corong dalam memberikan pengetahuan dasar kesehatan kepada anak. Hanya saja, peran tersebut belum tentu dapat dijalankan secara optimal oleh orang tua, lantaran sejumlah hal seperti kurangnya informasi soal kesehatan yang diterima orang tua, dan daya tangkap yang berbeda-beda antar orang tua.
"Ini kan sudah tahun kedua dimana orang tua dihadapkan dengan tugas menemani sekaligus membimbing anak-anak belajar daring dirumah. Tidak semua orang tua yang dapat menjalankannya dengan maksimal. Pun begitu dalam menjelaskan info soal kesehatan. Padahal memutus mata rantai COVID-19 dimulai dari bawah," terangnya kepada Gatra.com di Pekanbaru, Jum'at (9/7).
Ibu dengan dua anak ini menambahkan, dengan peran sebagai pendidik di rumah, orang tua juga harus membagi waktu dengan aktivitas mencari nafkah. Kata Pristi, kegiatan ini terkadang justru menjadi pintu masuk COVID-19 ke dalam keluarga.
"Disaat anak-anak di istirahat kan untuk sekolah tatap muka supaya terhindar dari COVID-19, orang tua dituntut untuk tetap bekerja namun dibawah ancaman penularan COVID-19. Jika orang tua abai dengan pengetahuan kesehatan, semisal penerapan protokol kesehatan, tentu ada ganjaran untuk itu," tekan Pristi.
Dikatakan Pristi, literasi kesehatan di tataran keluarga sangat penting dikala pandemi. Sebab hal ini dengan sendirinya menolong tenaga kesehatan dalam mengurai sebaran Covid-19.
"COVID-19 jika hanya ditanggulangi diujung (di rumah sakit) bakal kewalahan. Yang paling efektif ya di respon di unit terkecil (keluarga). Disisi lain pemerintah harus menggiatkan sosialisasi prokes maupun pengetahuan kesehatan lainnya, yang dirasa perlu pada masa pandemi,"tekannya.
Sementara itu seorang warga, Fitra, berharap sekolah tatap muka dapat digelar dengan durasi yang lebih lama di tahun ajaran 2021. Sebagai orang tua ia merasa pembelajaran offline cendrung ditanggapi kurang serius oleh anak.
"Setelah setahun berlalu, anak-anak cendrung lebih banyak bermain ketimbang belajar. Mungkin karena belajar daring tidak menghadirkan suasana seperti disekolah, sehingga perhatian pada bahan ajar terbatas," keluhnya.
Adapun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sekolah di Indonesia dapat menggelar pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru 2021/2022, dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini meliputi pembatasan jumlah murid yang hadir, jadwal dan durasi. Adapun proses belajar untuk tahun ajar 2021/2022 di Riau bakal digelar pada Senin (12/7).