Jakarta, Gatra.com- Terkait dengan perubahan iklim, alhasil rata-rata temperatur bumi meningkat sekitar 1,18 derajat Celcius sejak akhir abad ke-19. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi karbon dioksida (CO2) dan aktivitas manusia. "Pemanasan paling dahsyat terjadi selama 40 tahun terakhir," ungkap Peneliti Ahli Pertama di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Amalia Nurlatifah, lewat Zoom dalam webinar "Aksi Generasi Muda untuk Keberlanjutan Lingkungan", yang disiarkan langsung via kanal YouTube PSTA LAPAN pada Kamis, (8/7).
Kemudian, 7 tahun terakhir ini dianggap yang terpanas. Di mana, tahun 2016 dan 2020 lalu termasuk tahun terpanas. Amalia menyebut, bagian atas lautan juga menunjukkan pemanasan lebih dari 0,33 derajat Celsius sejak tahun 1969 silam. "Dan lautan itu juga menjadi driver yang cukup apa ya, cukup dahsyat dalam perubahan iklim sendiri gitu. Karena memang 70% komposisi bumi terdiri dari lautan, jadi ketika laut memanas, atmosfer juga akan memanas gitu," terangnya.
Sementara itu, Amalia menjelaskan bahwa terdapat banyak dampak dari perubahan iklim ini. Contohnya data dari National Aeronautics and Space Administration (NASA), yang menunjukkan Greenland telah kehilangan 279 miliar ton es per tahun dari tahun 1993-2019. Sedangkan, Antartika juga kehilangan sekitar 148 miliar ton es per tahunnya.
Lanjutnya, gletser pun menyusut hampir di mana-mana di seluruh dunia. Termasuk di Pegunungan Alpen, Himalaya, Andes, Rockies, Alaska dan Afrika. Selain itu, pengamatan satelit mengungkapkan bahwa jumlah tutupan salju musim semi di belahan bumi utara telah menurun selama 5 dekade terakhir serta salju mencair lebih awal.
"Nah karena ada es-es mencair, permukaan laut meningkat 20 sentimeter [sekitar 8 inci]. Terus ketebalan laut Arktik juga apa, berdampak [menurun dengan cepat selama beberapa dekade terakhir]," kata Amelia.
Ia menambahkan, serta yang paling berdampak adalah biota laut. Karena mereka lebih sensitif terhadap perubahan temperatur dan perubahan lainnya. Untuk diketahui, sejak awal revolusi industri, keasaman air laut permukaannya telah meningkat sekitar 30%. Peningkatan ini disebabkan oleh lebih banyak karbon dioksida keluar ke atmosfer, sehingga lebih banyak juga diserap oleh laut. Lautan juga telah menyerap antara 20% dan 30% dari total emisi karbon dioksida antropogenik dalam beberapa dekade terakhir atau sekitar 7,2-10,8 miliar metrik ton per tahun.