Jakarta, Gatra.com - Secara umum, sampah-sampah di Provinsi Bali berada terpusat di Bali selatan. Karena daerah tersebut merupakan daerah pariwisata, sehingga sampah dapat terkonsentrasi di sana.
Hal ini diungkapkan oleh Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana (FKP Unud), Ida Bagus Mandhara Brasika, lewat Zoom dalam webinar Aksi Generasi Muda untuk Keberlanjutan Lingkungan, yang disiarkan langsung via kanal YouTube PSTA LAPAN pada Kamis, (8/7).
"Jadi karakternya memang kalau sampah itu deket dengan manusia. Di mana ada manusia, populasi tinggi, pasti di sana sumber sampahnya. Kalau di Bali lebih khusus lagi, karena ada pusat-pusat pariwisata. Jadi Bali selatan ini adalah daerah pariwisata dan di sana juga konsentrasi sampah itu terjadi, gitu," ucapnya.
Selain itu, peneliti ini menerangkan bahwasanya di tempat tinggal dan tempat beraktivitasnya di Kabupaten Gianyar, dapat menghasilkan sampah hingga 421 ton per harinya. "Jadi sampai 100 truk sampah yang kita hasilkan, banyak sekali," sambungnya.
Komposisi sampah di Gianyar, tutur Mandhara, sekitar 60 persennya adalah sampah organik. Di mana, sampah tersebut sebenarnya tidak harus dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau ke lingkungan karena seharusnya dapat kembali ke alam.
Ia pun melanjutkan, terdapat juga banyak sampah yang seharusnya tidak berakhir menjadi sampah. Jumlahnya sekitar 2-20 persen, yakni plastik (20%), kertas (11%), logam (2%), kaca (2%) dan lain-lain (5%).
"Kenapa saya bilang tidak seharusnya berakhir menjadi sampah? Karena dia secara material atau bahan baku bisa digunakan kembali dan dia bisa jauh lebih bermanfaat. Jadi selama ini kita bener-bener membuang-buang uang begitu banyak [karena membuang sampah]," jelas Mandhara.
Founder Griya Luhu ini mengatakan start-up di bidang eko-preneur yang bertujuan untuk mengubah perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah berkelanjutan dengan menggunakan teknologi digital, memiliki cara perhitungan yang sederhana terkait sampah yang dapat diperjual-belikan.
Misalnya, kata Mandhara, di Gianyar tiap harinya menghasilkan 421 ton sampah. Lalu dikalikan dengan 30% sampah yang dapat didaur ulang, maka kira-kira akan mendapatkan kurang lebih 128,4 ton sampah yang bisa dipakai tapi malah terbuang.
Setelah itu, ia mengkalikan dengan 1.000 rupiah per sampah karena rata-rata umumnya harga jual atau profit yang bisa didapatkan dari jual beli sampah adalah seharga tersebut. Alhasil, sebenarnya dapat memperoleh 128.400.000 rupiah per harinya untuk di Kabupaten Gianyar saja. "Segitu besarnya yang dibuang tiap harinya," ujarnya.