Jakarta, Gatra.com – Psikolog Klinis Anak RS YARSI, Devi Sani Rezki, mengungkapkan bahwa dua persoalan terbesar yang dialami oleh anak-anak selama masa pandemi Covid-19 adalah kecemasan (anxiety) dan amarah (anger).
Hal tersebut Devi dapatkan dari pengalaman pribadinya sebagai psikolog. Ia mengaku bahwa selama pandemi Covid-19, telah terjadi peningkatan jumlah pasien anak-anak yang berkonsultasi kepada dirinya dengan dua persoalan utama di atas.
“Jadi dua yang meningkat, ya, anger dan anxiety, terutama khawatir tentang pelajaran, gitu ya,” ujar Devi dalam webinar bertajuk Pentingnya Menjaga Imun dan Psikologis Peserta Didik Menghadapi Tahun Ajaran baru yang digelar Kamis, (7/8/2021).
“Ada juga merasa takut terkena penyakit, itu ada juga. Kemudian merindukan teman-teman dan ada juga anak-anak kita yang mungkin sudah agak lebih besar ya, mungkin kelas 3 SD ke atas gitu, mereka juga mulai khawatir tentang penghasilan orang tua,” tutur Devi.
Sementara itu, menurut survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) terhadap lebih dari 3.200 anak SD sampai SMA pada Juli 2020 lalu, sebanyak 13% reponden menyatakan mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan depresi ringan hingga berat selama masa kenormalan baru.
“Ini sudah masuk gangguan. Artinya kalau sudah masuk gangguan, harus ada penanganan, ya, intervensi yang lebih. Bukan hanya dibiarkan saja seiring berjalannya waktu,” ujar Devi.
Dari hasil survei tersebut, tercatat bahwa 93% yang menunjukkan gejala depresi berada pada rentang usia 14-18 tahun atau anak pada jenjang pendidikan menengah ke atas. “Bisa dilihat ternyata usianya lebih besar, itu makin berisiko untuk mengalami terganggu kesehatan mentalnya,” ujar Devi.