Jakarta, Gatra.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan terus menggadeng berbagai pihak untuk mempersiapkan generasi unggul untuk memetik bonus demografi.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, dalam keterangan tertulis pada Rabu (7/7), menyampaikan, salah satu upaya mencetak generasi unggul adalah menurunkan angka stunting. Pemerintah menargetkan angkanya turun ke 14% pada 2024.
"Sekarang negara kita ketika masuk di dalam window opportunity, itu dibutuhkan generasi yang unggul, yang sehat dan tidak stunting," ujarnya.
Menurutnya, mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas atau unggul harus diwujudkan saat ini. Pasalnya, jika sekarang ini tidak mendapatkan kualitas SDM yang baik, ketika kemudian sudah tersusul dengan kondisi demografi populasi lansia jauh lebih besar, maka permasalahaannya sudah berubah dan tidak bisa lagi dikoreksi apabila ada kekurangan.
"Ini penting sekali dan Bapak Presiden memberi perhatian besar pada kualitas SDM kita," ujar Hasto
Bicara masalah gizi, lanjut dia, ada hal yang serius yang perlu diatasi, yaitu stunting yang angkanya masih 27,7%. Kemudian, anemia kekurangan zat besi masih sangat dominan meski ini sangat mudah dikoreksi.
"Kalau kita lihat sekarang ini, ibu hamil bisa mencapai 48% anemia berdasarkan Riskesdas tahun 2018," kata Hasto.
Kondisi tersebut kian berat karena pandemi Covid-19 juga berimbas pada kerja atau upaya menurunkan angka stunting. Untuk mengatasinya, perlu kolaborasi semua pihak, termasuk swasta.
Terkait upaya tersebut, BKKBN meneken nota kesepahanan dengan Danone Indonesia dan melakukan sinergi program strategis untuk mencegah stunting.
BKKBN akan mengolaborasikan program unggulannya, yakni pembangunan keluarga kependudukan dan keluarga berencana (Bangga Kencana) dengan Bersama Cegah Stunting milik Danone untuk mencegah stunting.
Vice President General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto, menyampaikan, pihaknya optimistis bahwa melalui visi one planet one health, kesehatan bumi dan manusia harus berjalan bersama, termasuk dalam pencegahan stunting.
Untuk itu, program Bersama Cegah Stunting hadir untuk membawa intervensi gizi spesifik dan sensitif dalam upaya pencegahan stunting. Beberapa di antaranya, termasuk edukasi gizi dan pola hidup sehat bagi anak usia PAUD, SD, remaja, dan keluarga; edukasi kantin sehat; bantuan akses bersih; serta edukasi publik dan media massa.
Nota kesepahaman bersama ini berlaku selama 5 tahun hingga 2026 dengan menyasar masyarakat di berbagai provinsi di Indonesia. Ruang lingkup kerja sama ini meliputi advokasi, komunikasi, informasi, edukasi serta sosialisasi program; peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia; maupun pemanfaatan sarana dan prasarana.
Selain itu, akan dilakukan juga peningkatan penelitian dan pengembangan serta penguatan sistem, data, informasi; intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif; maupun pemberdayaan masyarakat.
Sementara bagi program Bersama Cegah Stunting, kata Vera, pihaknya telah dan akan melakukan berbagai upaya edukasi dan intervensi. Di antaranya adalah edukasi gizi seimbang Isi Piringku untuk Anak 4–6 tahun di PAUD, edukasi hidup sehat GESID (Generasi Sehat Indonesia) bagi remaja, edukasi kantin sehat Warung Anak Sehat (WAS), bantuan air bersih Water Access Sanitation and Hygiene (WASH), hingga edukasi keluarga Generasi Bebas Stunting melalui Nutrisi Edukasi Keluarga Menuju Sehat (Gasing Nekmese).
Selain itu, akan ada intervensi gizi spesifik, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui Aksi Cegah Stunting, edukasi Ayo Minum Air (AMIR), dan program pemberdayaan perempuan pada Kantin Sekolah Generasi Maju
Vera menyampaikan, pihaknya senang dapat bermitra dengan BKKBN untuk melakukan berbagai upaya edukasi dan intervensi guna mencegah stutning, terlebih di masa sulit pandemi Covid-19.
"Kami berharap kerja sama ini dapat berjalan sesuai rencana dan menginspirasi lebih banyak pihak untuk berkolaborasi demi mencapai 14% stunting di 2024," kata Vera.