Jakarta, Gatra.com – Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Gatut Priyonugroho, menyebut bahwa persentase angka kematian akibat virus corona (SARS-CoV-2) cukup kecil, hanya mencapai 2%, dibandingkan dengan SARS-CoV, MERS-CoV, dan Flu Burung (H5N1).
Gatut menyampaikan keterangan tersebut dalam webinar bertajuk "Mengenal Lebih Dekat COVID-19 Varian Delta serta Pencegahan dan Penanganan" pada Rabu, (7/7). Ia menjelaskan, persentase angka kematian akibat SARS-CoV cukup tinggi, yakni sebesar 10%. Kemudian MERS-CoV mencapai 37% serta persentase angka kematian Flu Burung juga tinggi hingga bisa berkisar 60-78%.
"Ini angka kematiannya tinggi sampai 78% karena di Indonesia angka kematiannya tertinggi di dunia ya, jadi dia, karena Indonesia pasiennya sangat banyak, dia menaikkan mortalitas sedunia," ujarnya.
Akan tetapi, Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) ini menuturkan, Flu Burung muncul pada tahun 2003 lalu dan sampai tahun 2019, kasusnya hanya sedikit, yaitu terdapat 861 kasus. "Yang meninggal memang sangat banyak, tetapi dia kasusnya sedikit tidak sampai ribuan ya," ucapnya.
Sedangkan jika melihat SARS-CoV-2 atau virus corona, lanjut dia, muncul pada bulan Desember 2019 dan awalnya hanya ada 44 kasus positif. Namun selang 3 bulan saja, kasusnya sudah meningkat hingga 90.995 kasus.
"Jadi sangat cepat dan kalau sekarang sudah, sudah kira-kira kalau digabungkan orang yang positif Covid tuh sudah satu negara besar ya, 180 juta. Jadi yang kena Covid sangat banyak," kata Gatut.
Ia pun membeberkan bahwasanya menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) per Senin (5/7), total orang yang telah terjangkit Covid-19 adalah 183.560.151 di dunia. Serta yang meninggal akibat virus menular tersebut mencapai 3.978.581 jiwa.
"Jadi ini yang sangat merepotkan dari Covid. Orang yang tertular banyak, penularannya mudah. Sehingga walaupun angka kematiannya persentasenya kecil, tetapi karena banyak, ya jadinya banyak juga yang mati ya," ujar Gatut.