Jakarta, Gatra.com – Virus corona atau SARS-CoV-2 merupakan penyakit yang mudah menular ke orang lain. orang yang telah terinfeksi dapat menularkan kepada 4 orang. Bahkan, Varian Delta (B.1.617.2) virus corona dapat menular ke 8 orang sekaligus.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Gatut Priyonugroho, dalam webinar bertajuk “Mengenal Lebih Dekat COVID-19 Varian Delta serta Pencegahan dan Penanganan” pada Rabu (7/7).
“Sebelum Delta ini ada Varian Alpha ya di UK [United Kingdom], di Inggris. Itu lebih menular lagi, kira-kira 1 orang menularkan 6 [orang]. Ini tidak saklek, tetapi kira-kira menggambarkan semudah itu Covid yang varian baru ini menular,” ungkapnya.
Menurut Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) ini, Varian Delta ini virusnya masih sama dengan SARS-CoV-2 dan bukan virus lainnya. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Penyakit Amerika Serikat atau Central of Disease Control (CDC) membagi tiga garis besar untuk varian, yakni variant of interest, variant of concern, dan variant of high consequence.
Dalam varian of interest, contoh variannya adalah Epsilon, Iota, dan Kappa. Kemudian, varian ini berhubungan dengan perubahan ikatan reseptor, menurunnya netralisasi oleh antibodi, penurunan efikasi penatalaksanaan, adanya potensi yang berdampak pada diagnosis serta diduga mempunyai peningkatan penyebaran atau keparahan penyakit.
Namun untuk Varian Delta, jelas Gatut, masuk ke dalam variant of concern. Ini ada konsekuensinya, misalkan untuk variant of concern dia terbukti ada peningkatan transmisi, kemudian bisa juga penyakitnya lebih berat, penurunan netralisasi antibodi, misalkan orang-orang sudah vaksin kemudian efektivitasnya berkurang, atau juga ditatalaksana yang sama, khasiatnya tidak sebaik yang sebelumnya.
"Kemudian ada juga variant of concern, ini misalkan dilakukan pemeriksaan seharusnya positif tetapi dia tidak terdeteksi atau negatif,” ujarnya.
Menurut Gatut, untuk varian yang ditakuti atau variant of high consequence, sampai saat ini para ahli belum menyatakan adanya varian tersebut.