Ankara, Gatra.com - Inflasi tahunan di Turki telah melonjak ke level tertinggi dalam 2 tahun terakhir di 17,53% pada Juni 2021 lalu, melebihi perkiraannya sebesar 17 persen dan akan terus naik setelah mengalami penurunan singkat.
Hal ini berpotensi menunda penurunan suku bunga di akhir tahun ini.
Menurut Institut Statistik Turki, pembacaan harga konsumen bulan ke bulan pada hari Senin, (5/7) juga lebih tinggi dari yang diharapkan, naik 1,94%, dibandingkan dengan jajak pendapat oleh kantor berita Reuters yang memperkirakan senilai 1,50%, sebagaimana dilansir dari stasiun berita Al Jazeera pada hari ini, (5/7).
Inflasi, yang tetap dalam dua digit selama sebagian besar dari empat tahun terakhir ini telah tertahan oleh depresiasi Lira (mata uang Turki), berkurangnya kredibilitas moneter serta ledakan permintaan saat pandemi COVID-19 menyerang.
Depresiasi dipercepat ketika Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memecat seorang Gubernur Bank Sentral Hawkish pada bulan Maret lalu. Hal ini meningkatkan kekhawatiran pemotongan lebih awal dari perkiraan ke suku bunga kebijakan hingga mencapai 19%.
Analis mengatakan, data inflasi yang panas dapat meredakan kekhawatiran itu. Lira hampir tidak berubah pada 8,6825 terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada pukul 08:01 waktu setempat pada hari Senin, (5/7) dibandingkan dengan Jumat, (2/7) bisa menduduki angka 8,7 terhadap Dolar AS.
"Sepertinya janji bank sentral untuk mempertahankan suku bunga riil tetap positif akan diuji dengan suku bunga utama, yang kemungkinan besar akan menembus suku bunga kebijakan 19 persen," ujar Tim Ash dari BlueBay Asset Management, seperti dikutip oleh kantor berita Reuters.
Sebelumnya, pada bulan Mei 2021 lalu, inflasi di negara tersebut secara tak terduga turun menjadi 16,59% ketika kenaikan harga tertunda karena adanya penguncian atau lockdown atas virus corona. Sebaliknya, dalam tren malah telah naik sejak September lalu meskipun dimulainya siklus pengetatan moneter pada bulan itu.
Selain itu, indeks harga produsen juga naik 4,01% bulan ke bulan di bulan Juni untuk kenaikan tahunan yang besar senilai 42,89%. Itu mencerminkan penurunan mata uang sekitar 17% sejak pertengahan Maret lalu, yang telah menaikkan harga keseluruhan bagi Turki yang bergantung pada impor.
Adapun data menunjukkan, biaya transportasi melonjak lebih dari 26% tahun ke tahun di bulan Juni, yang mencerminkan harga energi yang lebih tinggi. Sementara, barang-barang rumah tangga naiknya juga hampir sama.
Gubernur Bank Sentral, Sahap Kavcioglu, mengungkapkan pada hari Jumat, (2/7) bahwa inflasi bisa lebih tinggi dari yang diharapkan pada bulan ini dan berikutnya. Namun, pergerakan bulanan tidak akan mempengaruhi perkiraan akhir tahun sebesar 12,2 persen, menurut kantor berita Reuters.
Mereka mengutip Kavcioglu juga mengatakan, bank memperkirakan inflasi akan menunjukkan penurunan yang nyata paling lambat pada awal kuartal keempat.
"Data inflasi membuat perkiraan akhir tahun bank tampak sangat optimis," tutur Ash dari BlueBay.
Di samping itu, kekhawatiran terkait campur tangan politik dalam independensi bank sentral telah meningkat setelah Erdogan, "musuh" suku bunga, tiba-tiba memecat 3 gubernur terakhir dalam 2 tahun belakangan ini.