Purworejo, Gatra.com- Selama pelaksanaan PPKM Darurat, Bupati Purworejo, Agus Bastian akan menerapkan WFH (Work From Home) bagi ASN maupun pegawai pada lembaga dan instansi di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Aturan WFH, nantinya akan diatur sesuai peraturan yang ada. Hal itu dikemukan oleh Bupati Agus Bastian saat memimpin Rakor Forkompinda dan Satgas Percepatan Penanggulangan Covid-19 di Ruang Arahiwang Setda, Jumat (2/7). Bagi ASN atau pegawai yang WFH, saya ingatkan agar tidak keluyuran pada jam kerja, tegas Bastian.
Permintaan bupati dinilai wajar, karena selama penerapan WFH pada fase gelombang pertama Covid-19 awal tahun 2020 lalu, justru banyak yang ke luar rumah dengan berbagai alasan. Karena itulah kemudian Pemkab tidak pernah memberlakukan WFH, seperti pernah disampaikan oleh Kabag Humas Pemkab, Rita Purnama beberapa waktu lalu.
Dalam rakor ini, Bastian juga menyoroti tren meningkatnya prosentase tingkat keterisian tempat tidur (TT) khusus penanganan covid-19, Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit saat ini telah mencapai 89,01% dari total 282 TT.
Padahal batas toleransinya tidak boleh lebih dari 70%. Rumah sakit untuk rujukan Covid sudah terus menambah tempat tidur. RS Tjitrowardojo sudah membuka 2 bangsal lagi untuk pasien Covid-19, bahkan RS Tjokronegoro telah melayani pasien menggunakan tempat tidur veltbed. "Saya minta agar rumah sakit memiliki beberapa alternatif jika situasi semakin tidak memungkinkan. Kebutuhan oksigen yang sudah mulai kritis juga segera diantisipasi dan dilaporkan berjenjang. Karena ini merupakan problem nasional yang perlu campur tangan pemerintah proplvinsi dan pusat," tuturnya.
Terkait tempat isolasi terpusat yang telah disiapkan baik tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa, Bupati meminta agar benar-benar dicek kesiapannya. Bupati juga menginstruksikan agar dilakukan optimalkan pelaksanaan vaksinasi. Karena saat ini, untuk dosis satu baru mencapai 58 % dan dosis kedua baru 37,3% dari sasaran 123.060 orang. "Dinkes agar melakukan 3 T (Tracing, Testing dan Treatment) secara maksimal. Kalau perlu kita membeli alat PCR sendiri agar lebih dini dilakukan pelacakan dan penanganan," pungkasnya.