Jakarta, Gatra.com - Ekonom senior Faisal Basri yang sekaligus alumni dan pengajar di Universitas Indonesia (UI) buka suara terkait kondisi kebebasan mengkritik pemerintah di kampus tersebut.
Faisal membuka perbincangannya dengan membandingkan kondisi UI dahulu saat ia menjadi mahasiswa yang begitu berbeda dengan sekarang. "Dulu Rektor saat itu, Mahar Mardjono begitu mengayomi mahasiswa UI. Terutama saat pristiwa Malari," jelas Faisal, di mana sejumlah mahasiswa UI mengalami penangkapan oleh Rezim Orde Baru.
"Saya masih kebagian jadi mahasiswa di era Prof.Mahar Mardjono. Jadi melihat sosok Prof. Mahar Mardjono mengayomi sekali," ujar Faisal dalam diskusi daring pada Jumat (07/08).
"Alam di UI itu semua bapak-bapak kita itu melindungi kalau ada apa-apa terhadap mahasiswanya. Pernah kita ada training di Bandung, pulangnya dicegat oleh tentara, dibawa ke Dandim. Itu yang mengurus Dekan saya." tambahnya.
Selain itu, saat menjadi mahasiswa yang aktif dalam dunia pers, Faisal pun bercerita bahwa dirinya tak pernah dipermaslahkan oleh pihak kampus saat menuliskan krtitik kepada pemerintah. Hal itu berlanjut hingga dirinya menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB UI), kritikannya tidak pernah diprmasalahkan pihak kampus.
"Itu sama sekali tidak pernah ditegur, diinterogasi apalagi, walau pun istilahnya diundang tidak pernah." ujar Faisal Basri.
Lebih lanjut, Faisal mengungkapkan bahwa sejak Ari Kuncoro menjadi Dekan FEB UI, dosen-dosen di FEB turut mengalami pemanggilan serta teguran ketika menyuarakan kritik kepada pemerintah.
"Pejabat-pejabat di FE UI itu telpon saya atau WA saya. Satu ada yang telpon, tidak usah saya sebut namanya, bilang: Bang Fasial waktu Ketua Jurusan pernah diprepresi gak?" ungkap Faisal,
"Waktu itu Ari Kuncoro Dekan, jadi yang dilakukan itu panggil, tegur, kemudian panggil mahasiswa, telpon mahasiswa. Pokoknya dia tidak mau ada kegaduhan." tambahnya.
Setelah menjadi Rektor UI, Faisal mengatakan bahwa sekarang pun pengaruh Ari Kuncoro di dekanat FEB UI masih kuat.
Selain itu, Faisal Basri turut membeberkan tentang adanya pengaruh para Menteri alumni UI yang dapat melakukan intervensi terkait kritikan yang dilakukan para dosen. "Menteri-Menteri dari UI itu kalau misalnya ada dosen muda itu menulis di media atau wawancara di TV mengeritik pemerintah itu langsung dipanggil, langsung ditelfon oleh menterinya atau menterinya nyuruh Dekannya mengingatkan. Aromanya seperti itu." jelas Faisal.
Lanjut, Faisal turut menjelaskan tentang bagaimana para menteri-menteri tersebut mencoba menguasai indepensi kampus UI.
"Mungkin UI menjadi model buat pemerintah karena waktu pemilihan MWA itu turun gunung tiga menteri sekaligus. Darmin Nasution, Sri Mulyani dan Bambang Brodjonegoro. Ini juga nanti intervensinya ke Iluni (Ikatan Alumni)." ujar Faisal Basri.
Untuk diketahui MWA merupakan badan tertinggi di universitas, tugas utama MWA adalah menetapkan kebijakan umum universitas, mengangkat/memberhentikan pimpinan universitas, melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian umum atas pengelolaan universitas dan melakukan penilaian kinerja pimpinan universitas.
Faisal menggambarkan bahwa gambaran MWA UI jika dahulu diisi oleh para guru besar, sekarang diisi para birokrat, teknokrat dan konglemerat.
"Kan ketuanya wakil Sinarmas Grup, dulu Muchtar Riyadi mewakili Lippo Grup. Jadi sudah terjadi korporatisasi," ujarnya.
Lebih lanjut Faisal mengatakan bahwa BUMN juga tidak boleh untuk dikritik. Pasalnya BUMN telah menyumbang ke pihak kampus. Faisal pun menyimpulkan bahwa tindakan represi terhadap kritik di lingkungan civitas akademika UI hadir dari korporasi dan kekuasaan.
"Misalkan waktu saya bilang soal pengelolaan migas, dosen FT (Fakultas Teknik) bicara soal itu ditelpon sama Dekan FT-nya. 'Eh, mereka sudah nyumbang kita banyak'. Begitu." ungkap Faisal Basri.
Tak berhenti disitu, lanjut Faisal, para pejabat di lingkaran kekuasaan juga mencoba mengendalikan UI melalui ikatan alumninya.
"Waktu pemilihan Ketua Iluni UI turun gunung pejabat-pejabat itu. Darmin Nasution turun gunung karena ada salah satu calon, anak buahnya Darmin iminta mundur supaya Bambangnya bisa mulus." ungkap Faisal Basri.
"Saya tidak tahu juga apakah ini orang penguasa atau praktek jilat-menjilat oleh orang yang gila kuasa. Supaya nanti posisi aman dia tidak terganggu," lanjut Faisal
Faisal juga mengungkapkan bahwa sosok yang kritis kepada pemerintah turut akan mengalami kendala dalam proses penentuan profesor di UI.
"Kalau Anda mengkritik pemerintah, profesornya gak diurus. Tapi kalau Anda di mata Ari Kuncoro dekat dengan Presiden, itu dia memerintahkan jangan diganggu orang ini," tuturnya.
Sebagai penurup, Faisal Basri meilai bahwa sosok Rektor UI Ari Kuncoro menghamba pada kekuasaan, bukan kepada simbol dan nilai-nilai yang dipegang oleh UI.
"Kondisi UI memang sudah kronis." pungkas Faisal Basri.