Jakarta, Gatra.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendorong ulama agar menjadikan masjid sebagai lokomotif penyadaran masyarakat tentang pentingnya gerakan bersama menanggulangi Covid-19. Hal tersebut dinilai penting, sebab, ulama dapat menjadi sosok yang sangat berpengaruh bagi masyarakat.
“Antara lain dengan menegakkan disiplin penegakan secara ketat protokol kesehatan di Masjid, seperti memakai masker, menjaga jarak antar jamaah, mencuci tangan dan rutin tes suhu tubuh sebelum masuk masjid, membawa alat ibadah dari rumah, dan mempersingkat setiap amalan ibadah di Masjid," kata Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar, pada Jumat (2/7).
MUI juga ingin masjid menjadi pelopor lahirnya solidaritas umat untuk saling menjaga dan membantu. Misalnya, masjid digunakan untuk mengkoordinasikan donasi ke lingkungan sekitar yang terdampak Covid-19.
Mengingat menjadikan masjid sebagai pusat solidaritas warga, akan mampu menjangkau hingga ke akar rumput. Sebab, masjid hampir berada di setiap tempat bahkan hingga ke pelosok pemukiman warga.
“Sehingga kebutuhan harian anggota masyarakat yang terkena Covid-19 bisa terpenuhi, termasuk masyarakat yang sedang melaksanakan isolasi mandiri. Melalui masjid, kita gerakkan semangat saling bantu memenuhi kebutuhan pokok bagi yang kurang mampu,” terang Miftachul.
MUI juga meminta para ulama di daerah yang tingkat persebaran Covid-19 tinggi untuk menghentikan sementara aktivitas peribadatan massal di masjid, sampai situasi dan kondisi betul-betul terkendali. Ajakan itu sejalan dengan isi Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19.
“Jika instansi yang berwenang menetapkan suatu kawasan sebagai daerah yang tinggi penyebaran Covid-19 dan dirasa perlu untuk diberlakukan pembatasan aktivitas masyarakat secara ketat, para ulama dan pengurus masjid setempat dapat menganjurkan umat Islam mengambil rukhshah (dispensasi) yaitu melaksanakan ibadah bersama keluarga inti di rumah masing-masing," kata Miftachul.